Read more: http://matsspensix.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-judul-pada-blog-bergerak.html#ixzz274NKvLCo

Selasa, 19 Februari 2013

Create the Enemy



Adalah suatu hal yang wajar jika kita mengalami kebosanan. Banyak hal yang bisa membuat kita merasa terjebak dalam suatu alur yang selalu sama, tak ada perubahan ataupun tidak berdaya untuk melakukan perubahan. Terlalu banyak pilihan dan tidak punya pilihan pun berimbas pada sebuah kejenuhan. Kadang mengharapkan orang lain melakukan perubahan sesuai keinginan kita adalah suatu hal yang naïf karena pada dasarnya setiap orang pada saat tertentu lebih focus untuk urusan pribadinya. Menunggu moment yang pas sehingga orang akan berpaling dan membantu kita menjadi suatu penantian yang panjang dan lama.
Rasa bosan berakibat kefatalan makro saat kita melihat dan merasakan semua hal di sekitar kita menjadi tidak menarik lagi, terlalu datar dan membuat kita frustasi seakan dunia menjadi private enemy bagi kita. Mungkin kita membutuhkan sesuatu yang baru, energy perubahan dan persaingan kompetitif yang membuat kita terjaga dari tidur panjang. Jejak telusur sebuah efek bosanlah yang harus dicari sebagai kambing hitam atas kondisi yang kita rasakan. Yang penting adalah bagaimana kita melihat kedirian kita terlebih dahulu, mungkin ada yang salah dengan kita. Mungkin kita terlalu nyaman berada dalam posisi sekarang, atau kita terlalu sukses men-drive anak buah atau teman kita sehingga semua mengamini segala yang kita lakukan. Atau mungkin semua yang kita impikan sudah kita raih dalam tanda petik.
Bosan merupakan sinyal bahwa kita merindukan suatu yang baru, mungkin dalam bentuk tantangan baru, target baru ataupun merubah lingkungan sangat kita perlukan sehingga lebih kompetitif sehingga membuka inisiatif alam bawah sadar kita. Dalam beberapa hal secara ekstrim kita harus mencari “musuh baru” yang kuat sehingga mengancam posisi kenyamanan kita. Bahkan jika kita sedemikian dominan sehingga susah mencari tantangan, ciptakan “musuh baru” tersebut.  Ciptakan persaingan dengan meningkatkan strata kesuksesan dan persaingan merupakan hal yang paling masuk akal demi situasi kompetitif yang lebih kondusif. Pacu rekan kita, karyawan kita sehingga mereka meraih posisi “cerdas” dan mampu mengusik arogansi kita, ciptakan ide baru yang memungkinkan kita memaksa untuk mempelajari sesuatu yang tidak kita ketahui.
Rasa nyaman berkepanjangan merupakan bahaya akut yang bisa membunuh kita secara perlahan. Kekuatan dominan akan membuat ide kreatif kita terkubur dan metamorphosis hitam yang memposisikian diri kita tak lebih dari seonggok daging yang berkutat dalam rutinaitas fundamental. Perubahan memang tidak mengenakkan dan kadang membawa korban dari sebuah elementasi antagonis, diperlukan kematangan untuk mengelola ulang sebuah friksi menjadi sebuah drama sinematologi sosial yang berujung kopetisi dengan daya tarik berkelas. Bagaimanapun, demi mendobrak kejenuhan, semua semua memang harus dilakukan …..bahkan jika perlu ciptakan musuh baru untuk kita.

Minggu, 17 Februari 2013

100% Fokus



Sherlock Holmes merupakan sosok detektif yang menarik untuk dicermati, kecerdasan memilah kasus rumit sehingga menjadi sebuah kesimpulan yang mudah dimaknai dan dicerna memungkinkannya untuk menjadi serial menarik yang sayang dilewatkan. Menggunakan metode deduksi (penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum atau penemuan yang khusus dari yang umum) untuk setiap pemecahan masalah (walaupun sebagian tidak menyetujuinya karena pada kenyataannya kasus-kasus yang dia pecahkan menggunakan hukum-hukum alam/induksi, bukan murni matematika).
Sebuah sisi lain diperlihatkan Sherlock Holmes ketika mengemukakan pendapatnya mengenai kecerdasannya. Ia hanya menjawab “Orang bodoh mengambil semua informasi yang ditemuinya, sehingga pengetahuan yang mungkin berguna baginya terjepit terjepit di tengah-tengah atau tercampur dengan hal-hal lain. Orang bijak sebaliknya. Dengan hati-hati ia memilih apa yang dimasukkannnya kedalam loteng otaknya. Ia tidak akan memasukkan apa pun kecuali peralatan yang akan membantunya dalam melakukan semua pekerjaannya, sebab peralatan ini saja sudah banyak. Semuanya itu diatur rapi dalam loteng otaknya sehingga ketika diperlukan, ia dapat dengan mudah menemukannya”.
Redefinisi orang cerdas yang patut dicermati sebagai bahan evaluasi, titik landasan yang memberi pelajaran bahwa untuk mencapai kesempurnaan dalam satu hal kita harus benar-benar menguasai dan fokus. Untuk fokus diperlukan kecerdasan lebih dalam pengelolaan kinerja dan alur logika sehingga kita dengan mudah memberikan alur bagi otak kita. Dan itu hanya bisa digapai jika kita mampu memilah apa yang harus dipelajari dan apa saja yang harus di delete dari benak kita
Penting bagi kita untuk menjadi lebih smart dalam mengelola pikiran kita, dengan semakin banyaknya tuntutan dan skenario kehidupan kita akan lebih bijak bagi menyusun skala prioritas. Jika kita berpendapat otak kita memiliki kelebihan tidak terbatas mungkin benar adanya, tetapi skill dan power kita untuk selalu fit dalam pengelolaan kinerja otak memiliki keterbatasan. Sherlock Holmes bukan seorang yang sempurna, dia bahkan tidak tahu bahwa bumi mengelilingi matahari dengan alasan hal itu tidak berpengaruh kepada kehidupannya dan dia dengan legowo mengakui hal lain yang tidak diketahuinya. Interpretasi brilian dengan tetap menyadari segala keterbatasan pengelolaan menuntut kita untuk benar-benar paham apa yang kita butuhkan, bukan memasukkan semua yang kita temukan untuk disimpan.
Tetap fokus pada satu hal melahirkan konsekuensi logis bagi kita untuk mengebaikan beberapa hal lain. Dengan kata lain jika kita mempunyai 5 hal yang harus dicermati pada saat bersamaan akan menghasilkan prosentasi keberhasilan yang bervariasi, tidak mungkin semuanya kita raih 100%. Ini perlu digarisbawahi bagi kita yang mempunyai banyak hal untuk diselesaikan. Pilihan sulit dalam sebuah paradigma kinerja dan pekerjaan yang mengharuskan kita terjebak dalam ego pribadi atas keyakinan kita menghasilkan outpot 100%dalam semua hal. Mendelegasikan sebuah pekerjaan dengan asumsi sederhana, untuk mengerjakan 5 hal secara sempurna, dibutuhkan 5 orang yang mampu mengerjakan dengan fokus dan penguasaan penuh, alibi sempurna untuk mengharuskan kita bekerjasama dalam sebuah team.
Bukan bagaimana kita bisa perfect dalam setiap hal dalam pekerjaan, tetapi bagaimana kita mengasilkan semakin banyak individu team yang bisa fokus untuk sebuah keberhasilan bersama.

Sabtu, 16 Februari 2013

Sang Pelatih



Sebuah kalimat penggagas sederhana dari big bos, “Jadilah seorang pelatih yang baik” menggelitik pemikiranku. Mengapa pelatih, bukan pemimpin...... dari berbagai sumber menurut definisi sederhana Pelatih mempunyai tipikal yang sama dengan penyuluh, instruktur, tutor, guru, penuntun.....yang secara teknis menghasilkan output sebuah bentuk kinerja yang berhubungan erat dengan melatih, membimbing, menuntun, membiasakan, memahirkan. Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994 : 33) mendefinisikan Pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dengan kata lain definisi pemimpin sebagai orang yang melakukan atau menjalankan kepemimpinan leadership sedangkan pimpinan adalah mencerminkan kedudukan seseorang atau kelompok orang pada hierarki tertentu dalam suatu birokrasi formal maupun informal.
Pemimpin dihormati dan ditaati karena kedudukan atau senioritas nya. Seorang pelatih dihormati dan mendongak sebagai contoh bukan hanya karena posisi struktural tetapi terutama karena kualitas karakter dan kemampuan. Pelatih adalah subjek yang dominan mempengaruhi pembinaan secara langsung. Standarisasi pelatih diperlukan untuk menciptakan sistem pembinaan yang objektif serta terukur. Keistimewaan seorang pelatih adalah karena dia seorang master manipulator, untuk memancing reaksi, membuat orang lain menjadi fokus, kadang mungkin membuat bingung bahkan menyalahkan dirinya sendiri supaya rekan kerja atau karyawan mainnya bangkit. Seorang pelatih bukan pemimpin yang manja, yang mengundurkan diri karena SDM nya bukan materi terbaik, tetapi tetap tegar memanfaatkan materi yang ada dan meramunya dengan keberanian
Sebagai seorang manajer penjualan Anda yakin bahwa pekerjaan Anda adalah untuk membuat dan meningkatkan angka penjualan Anda, maka Anda cenderung mencari dan memilih penawaran terbaik untuk menutup angka yang anda targetkan. Sebaliknya, jika Anda percaya bahwa pekerjaan Anda adalah untuk melatih dan mengembangkan tim dan membantu anggota Anda tetap konsisten melakukan dengan kemampuan maksimal mereka, Anda akan berperilaku lebih seperti “pelatih.” http://www.sitenar.com/4-rahasia-besar-kepemimpinan.
Mereka yang bercita-cita untuk menjadi pelatih harus memimpin dengan contoh sehingga team harus selalu memiliki keyakinan bahwa pemimpin akan berada di sana selama setiap krisis. Tidak untuk memperbaiki kesalahan tapi memperbaiki masalah. sebagai “pelatih” adalah sebuah keharusan untuk menelisik potensi dari setiap orang, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembinaan. Dengan kata lain, pelatih harus membina hubungan dengan setiap anggota tim dengan menjadi yang pertama untuk berkata di atas meja dan membuat sebuah solusi dari tindakan nyata
Sebagai pelatih, Anda menetapkan standar yang harus diikuti oleh tim Anda. Dan contoh pribadi Anda (prilaku) adalah alat kepemimpinan yang paling kuat yang Anda miliki. Pelatih pada umumnya menangani 2 fungsi atau tugas, yaitu untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan untuk menyusun program dan mengevaluasi hasil latihan. Pelatih yang profesional harus sadar akan kenyataan yang terjadi di lapangan kadang tidak sesuai dengan yang dikehendaki sehingga ia harus dapat benar-benar mempengaruhi dan membentuk watak dan kepribadian orang lain dalam hal tertentu, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dapat terminimalisasi akan terjadi.
By the way apakah kita hanya menjadi “pemimpin’ atau sudah bermetamorfosis menjadi seorang “pelatih” ?????

Jumat, 15 Februari 2013

Manajemen Terpadu Koperasi ???



Dalam sebuah perbincangan yang berkisar tentang tempat dan fungsi penyimpanan barang diambil sebuah kesimpulan bahwa dibutuhkan stok yang cukup untuk kebutuhan minimal 2 minggu demi keamanan suplay barang. Dengan pertimbangan sales hanya berkunjung 2 minggu sekali dengan alasan harus memenuhi tempat lain, masalah lain adalah tempat penyimpanan yang terbatas dan kurang memadai untuk mewujudkan kesepakatan tersebut. Permasalahannya sederhana, koperasi tidak mampu melakukan dalam jumlah banyak sehingga suplayer menempatkan kami sebagai ‘customer nomor 2” jika dilihat dari sudut pandang pemesanan dan order. Dan tentu saja sangat wajar jika persediaan barang suplayer tidak cukup banyak untuk dibagi rata maka pemesan terbanyak yang diutamakan.

Imbas yang lain dari keterbatasan pemesanan adalah harga pokok yang tinggi sehingga tidak memungkinkan memberikan pelayanan kepada anggota dengan harga yang ‘lebih terjangkau’. Persoalan klasik dan wajar mengingat persaingan bisnis retail memang sangat ketat, sehingga terkadang koperasi tidak mampu memposisikan sebagai konsumen yang diperhitungkan suplayer. Dengan kata lain koperasi akan kesulitan memberikan konsep retail dengan harga yang lebih miring daripada unit sejenis di luar yang mempunyai jaringan luas dan sistem manajerial yang lebih maju.

Sebuah konsep sempat tersingkap dari benak yang sangat dalam, konsep yang secara sederhana terpaut dalam sebuah  kerjasama antar lembaga koperasi yang bergerak di ranah retail. Konsep sederhana yang memungkinkan sebuah kerjasama yang menghasilkan satu manajemen yang menaungi beberapa unit usaha/retail, mungkin semacam manajemen terpadu.
1.  Beberapa koperasi yang mempunyai bisnis di bidang retail atau mempunyai toko bekerjasama merumuskan kesepakatan untuk menyatukan manajemen yang menaungi unit usaha retail.
2.  Manajemen bersama ini terdiri dari perwakilan beberapa koperasi yang menjadi lini kontrol dan penggerak beberapa unit retail, terpusat dalam sebuah lembaga manajemen dengan konsep dan sistem kontrol sama dengan sistem kebijakan yang terpadu.
3.    Konsep pemesanan barang dipusatkan menjadi satu, logikanya koperasi akan memesan barang dalam jumlah banyak untuk kebutuhan beberapa toko sehingga menekan harga pokok dan akan menghasilkan harga jual yang cukup kompetitif untuk bersaing dengan retail besar.
4.      Seiring dengan semakin profesionalnya sistem manajemen terpadu ini diharapkan dalam jangka panjang akan memungkinkan koperasi mengembangkan usahanya keluar tembok internal dan lebih jauh lagi dapat memperkenalkan koperasi ke masyarakat luas.

Tentu saja tidak mudah untuk menyatukan visi berbagai koperasi yang ada sehingga kuncinya adalah pembentukan manajemen terpadu ini benar-benar harus melalui upaya yang matang dengan proses integral tanpa dengan mengedepankan tujuan bersama. Menilik dari pengertian secara teoritis bahwa suatu upaya penyatuan harus melalui tahapan selektif sehingga diharapkan dapat menghasilkan hal sebagai berikut:
  1. struktur yang pasti harus berupa struktur yang mampu melancarkan proses pengelolaan mutu secara menyeluruh dan kondusif bagi perbaikan kulitas
  2.  mengutamakan kerja sama tim (team work)
  3.  membentuk tim terstruktur dengan sistem manajemen yang sederhana tapi efektif
  4. mengupayakan agar semua anggota tim memahami visi dan potensi lembaga agar menjadi kompak
  5. mengusahakan agar keseluruhan proses berada di bawah satu komando yang hubungan kerjanya sederhana
  6.  mengadakan penilaian keberhasilan pengelolaan sebagai media untuk merumuskan visi. http://newklida.blogspot.com/2012/09/konsep-dasar-manajemen-mutu-terpadu.html


Memang masih tahapan konsep, belum menjadi suatu sistem pelaksanaan yang terstruktur secara teknis, tetapi tidak ada salahnya mencoba membangun sebuah impian untuk lebih memberdayakan sebuah sistem ekonomi kerakyatan yang bernama Koperasi. Mungkin masyarakat mau berpaling ke koperasi jika terbangun sebuah pertokoan besar dan modern dengan nama besar Koperasi. Jika saat ini belum mampu membangun sebuah bisnis yang besar dan menjulang, mungkin bisa dimulai dari usaha retail kecil berlogo koperasi dengan jaringan yang kuat dan profesional dan tersebar di masyarakat dengan harga lebih bersaing dan terjangkau. Semoga......

Selasa, 12 Februari 2013

Kalibrasi Sosial berjudul Valentine



Dahulu di masa kekaisaran Roma, ada sebuah titah Raja yang melarang para prajurit kerajaannya untuk menikah demi terciptanya stabilitas politik. Kala itu kondisi kerajaan sangat rentan dengan konflik, dan Raja menganggap bahwasanya para prajurit akan lebih fokus menghadapi peperangan apabila mereka tidak memiliki ikatan batin dengan suatu apapun, yang berarti pernikahan dianggap sebagai sebuah hambatan. Raja pun mengisyaratkan kepada seluruh Pendeta agar tidak menikahkan prajurit-prajurit kerajaan. Para Pendeta patuh terhadap perintah ini, dan semua prajurit pun terlihat setia terhadap perintah rajanya. Hingga suatu hari seorang Pendeta bernama Santo Valentino berani menabrak kebijakan Raja. Dalam format clandestein (dalam teori politik ini berarti gerakan bawah tanah), secara diam-diam Santo Valentino berani menikahkan para prajurit kerajaaan yang hendak menyatukan cinta dengan kekasihnya. Alasan Santo Valentino berani melanggar kebijakan kerajaan sangat sederhana, bahwasanya setiap manusia sejatinya memang di karuniai ketertarikan terhadap lawan jenis, dan itu berarti pernikahan adalah sebuah hal yang secara lahiriah tidak dapat dihindari dalam kehidupan. Namun pada akhirnya gerakan Santo Valentino diketahui oleh penguasa, dan Ia dihukum mati. http://pedomannews.com

Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa :

For this was sent on Seynt Valentyne's day ("Untuk inilah dikirim pada hari Santo Valentinus")
When every foul cometh there to choose his mate ("Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya")

Dalam catatan Wikipedia “Hari raya” ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu miliar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal.

Sejak kapan valentin didefinisikan dengan coklat sebagai symbol kasih sayang masih menjadi perdebatan, tetapi hal itu tidak lepas dari unsur –unsur yang terkait, terlebih lagi dahulu sistem monarki masih sangat kental sehingga secara otomatis seorang publik figur menjadi trendsetter dalam setiap perilakunya. Pada saat coklat sedang naik daun dan menjadi symbol kaum bangsawan sebagai hadiah pemberian yang istimewa, sejak saat itulah coklat mendapat hati dari masyarakat luas.

Coklat dan hubungan nya dengan Valentine, tak terlepas dari bahan bahan ramuan cinta yang terkandung di dalam penganan paling poluler di dunia ini. Di dalam coklat terdapat phenylethylamine (PEA), yang sering juga disebut sebagai “ love chemical ”. zat ini secara natural didapati pada otak manusia, memberikan efek sensasi ketertarikan, kegembiraan, sensasi mabuk kepayang dan euphoria – atau tepatnya seluruh sensasi yang kita rasakan pada saat kita jatuh cinta. PEA meningkat sampai pada level puncak pada saat seseorang mengalami orgasme. Apakah suatu kebetulan semata bila didapatkan suatu fakta bahwa pada penderita schizoprenia didapatkan level PEA yang secara tidak normal sangat tinggi? Well, I guess that’s why we call it madly in love, right ?

Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diharapkan memberi sesuatu kembali.

Terlepas dari semua hiruk pikuk dan histeria valentine yang patut diajungi jempol adalah strategi pemasaran yang mampu dan jeli melihat sebuah potensi bisnis yang tak lekang oleh waktu. Keberhasilan coklat sebagai simbol yang mewakili sebuah kalibrasi sosial dalam kurun waktu berabad-abad merupakan sukses yang tidak terbantahkan, bahkan mungkin mustahil untuk menggeser perannya. Demikian juga setting format sosial yang dapat menciptakan sebuah “Hari Raya” baru dengan kolaburasi berbagai etika dan konteks sosial berbeda sehingga semua orang merasa berhak merayakannya tanpa melihat Suku, Ras, Agama dan kaidah kesukuan yang selama ini menjadi sekat kuat dalam sebuah pengakuan sosial lengkap dengan segala kepentingan bisnis yang melingkupinya tanpa banyak yang merasa terusik.

Senin, 11 Februari 2013

Telaah Sederhana



Perasaan sedih, kecewa, sakit, putus asa merupakan hal yang lumrah bagi kita, semua orang tanpa kecuali pernah merasakannya dengan kadar berbeda dan situasi yang tidak sama. Mengingat ada banyak sekali faktor yang berperan dalam berbagai situasi yang kita hadapi adalah suatu keharusan bagi kita untuk mempersiapkan diri kita guna survive dan selalu menjadi pemenang. Kesiapan kita mungkin dipengaruhi banyak analisa, pengalaman dan keberanian dalam menghadapi semuanya namun yang lebih berperan adalah mental kita.
Dalam berbagai peristiwa sering kita mendengar kata mindset yang secara sederhana didefinisikan sebagai pola pikir yang mempengaruhi tindakan kita. Mindset sendiri dipengaruhi cara pandang, kepercayaan yang kita punyai dan terutama sikap mental yang kita bangun dalam hidup ini. Pembangunan materi dasar dalam kinerja proses pola pikir tentu saja tidak terjadi dalam hitungan hari ataupun bulan, diperlukan waktu yang sangat lama tergantung dari banyaknya lembar pengalaman yang kita kendalikan. Bahkan dalam beberapa penelitian sikap mental mulai terbangun dari kecil saat kita mulai menyadari keberadaan kita.
Mental yang kuat akan menghasilkan individu yang berkualitas, menghasilkan cara pandang yang positif dan mindset optimis menghadapi hidup. Perkembangan mental dilalui dalam tahap yang merupakan kolaburasi pikiran sadar dan alam bawah sadar kita sehingga menghasilkan proses kesadaran yang mengakar dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Hasil pembangunan mental salah satunya akan teruji ketika harus bersosialisasi, bekerja sama dengan orang lain dan saat kita menghadapi situasi yang sangat tidak menguntungkan bagi kita..
Semua memang tergantung kita, pilihan selalu tersedia dalam berbagai kemungkinan dan bagaimana kita mampu menentukan pilihan terbaik tanpa harus mengorbankan orang lain, itulah value/gambaran siapa kita sebenarnya. Kepekaan kita dalam memberikan energi positif untuk lingkungan sekitar kita ataupun memberikan ketidaknyamanan untuk orang di sekeliling kita bisa jadi merupakan gambaran sebenarnya bagaimana sikap diri dan mentalitas kita dalam menghadapai setiap permasalahan yang kita lalui. Seberapa siap kita mempunyai kecepatan dan ketepatan melakukan evaluasi diri untuk proses perbaikan.... untuk menjadi pemenang, atau pecundang....

Jumat, 08 Februari 2013

Benar "Versi Saya"



Suatu ketika saat memanggil seorang mahasiswa part time karena beberapa catatan dalam tingkat kepatuhan terhadap peraturan perusahaan dan melalui percakapan yang agak panjang sampailah kepada kesimpulan dari managemen dan mahasiswa, ternyata secara individu mahasiswa tersebut hanya berkomentar enteng “itu kan penilaian orang yang kurang suka terhadap saya, menurut saya pekerjaan yang saya lakukan sudah benar dan tanpa masalah”. Aku hanya tersenyum simpul dan akhirnya memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang telah ada.

Beberapa pengalaman menunjukkan sebagian besar orang yang melakukan kesalahan terbagi menjadi 2 kategori, mengakui kesalahan sebagai suatu kelalaian dan tidak mengakui dengan alibi (kebenaran versi saya) yang kadang kurang logis sambil menyalahkan orang lain. Suatu saat seorang teman yang kuliah di luar negeri bercerita bahwa terdapat perbedaan mendasar dari kesadaran akan suatu kesalahan, jika di luar negeri seseorang secara kesatria berani mengatakan ‘ya itu salah saya’ di Indonesia orang yang dianggap bersalah akan berkata ‘saya tidak bersalah, itu salah dia’, sederhana tetapi berakibat fatal bagi masa depan mental penerus bangsa ini.

Kebenaran “Versi Saya” menggambarkan betapa egois kita dalam menghadapi suatu masalah, gejala disharmonisasi komunal yang sangat berbahaya bagi kesatuan kelompok. Suatu penyikapan yang sangat wajar karena pada hakekatnya tidak ada seorang manusia pun yang mau dan rela disalahkan. Pertanyaannya ada 2, apakah kesalahan dari individu yang secara sosial kurang bisa beradaptasi dengan kelompok ataukah pihak management sebagai penentu kebijakan kurang memahami kondisi karyawan baik secara sosial maupun secara mental. Jika itu merupakan kesalahan individu maka kita hanya bisa berdoa semoga ada kesadaran untuk perbaikan dan penyadaran tentang kerja team yang melibatkan berbagai macam emosi dan tingkat kemakluman dari banyak pihak. Pada saat kebenaran ‘versi saya’ berkembang dan menjadi suatu upaya survival dalam kelompok maka pihak management lah yang harus cepat tanggap menjernihkan situasi menjadi lebih kondusif.

Bersosialisasi dan menjaga hubungan dengan sesama manusia memang tidak gampang. Dengan latar belakang pendidikan dan pola pendidikan keluarga yang tidak sama antara satu dengan yang lain memerlukan kesabaran dan kemampuan lebih ketika struktur kerja mengharuskan kita di posisi yang selalu berhadapan dengan banyak orang. Pola didik yang berbeda akhirnya menghasilkan berbagai jenis dan typikal yang membutuhkan penanganan berbeda dengan tingkat pemahaman dan daya cerna terhadap suatu ketentuan yang bertingkat pula.

Yang terpenting adalah kesadaran supaya kebenaran ‘versi saya’ tidak menjadi solusi pragmatis yang akan menghasilkan kebenaran umum dan menjadi dogma kelompok. Pemahaman bahwa semua orang adalah penting dan sebuah peraturan adalah upaya untuk menyelaraskan kepentingan bersama menjadi point utama demi keharmonisan sebuah unit/kelompok kerja. Kecermatan dan tindakan konkret dalam penanganan suatu masalah secara cepat, akurat dan tuntas menjadi suatu keharusan, untuk menyadarkan pentingnya bekerja sama dan bukan sekedar bekerja bersama.


Senin, 04 Februari 2013

Rekam Jejak Koperasi



Berbicara koperasi layaknya membahas sesuatu yang ambigu, satu sisi merupakan sumber kekuatan ekonomi kerakyatan yang seharusnya ditumbuhkembangkan secara sosial dan menjadi trending setter sistem ekonomi kerakyatan, disisi lain menampilkan muka yang sama sekali ‘asing’ bagi masyarakat. Keberadaannya hanya dijadikan sensasi sesaat ketika beberapa kepentingan mengharuskan kita menoleh sejenak ke lembaga yang bernama koperasi, dan ketika semua perbincangan tersebut reda koperasi hanya menjadi bagian usang dari rentetan sejarah yang harus dilestarikan, dimuseumkan dalam sekat kelembagaan yang terabaikan.
Sejenak mengingatkan kembali dari beberapa pengertian koperasi di atas, nampaknya ada beberapa kejanggalan atau mungkin kesalahpahaman dari sebuah hakekat koperasi. Secara prinsip Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip Koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya yang rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya. Koperasi bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi anggotanya lebih baik dibandingkan sebelum bergabung dengan Koperasi.
Beberapa catatan untuk merefreshkan keberadaan koperasi menjadi lebih bertenaga dan bergaung :
1.      Primordialisme Koperasi
Jika menilik dari pengertiannya primordial merupakan bentuk keterikatan kepada asal-usul suku, kelompok, keturunan, ras dan agama. Makna ini terkuat terhadap sebuah kenyataan bahwa koperasi terintegrasi dalam tatanan yang sangat eksklusif, sarat kepentingan dan ego komunal yang tinggi. Sebutlah beberapa contoh koperasi, ada KPRI, Koperasi Nelayan, Koperasi Karyawan Perusahaan A dan sebagainya yang beranggotakan hanya orang-orang dalam lingkungan institusi tersebut. Kita belum familier dengan keanggotaan yang berasal dari luar kelompok tersebut, bahkan hampir bisa dipastikan terjadi penolakan jika ‘orang luar’ berniat bergabung dalam sebuah koperasi dalam institusi tertentu. Tidak ada lagi rasa kepemilikan dengan dasar asosiasi orang-orang yang senasib sepenanggungan, yang ada asosiasi orang-orang tertentu dalam sebuah lingkup pekerjaan yang sangat lokal dengan egoisme tinggi. Dengan kapasitas lokal tersebut seolah-olah membenamkan koperasi dalam sudut yang sempit dan terasing dari masyarakat sekitar, tentu saja kita tidak bisa mengharapkan koperasi akan bisa luwes bergaul dalam strata sosial yang lebih luas.

2.      Strata Koperasi
Ø  Dari beberapa geliat koperasi dalam skala kelompok akan menghadirkan nasib koperasi yang berbeda sesuai dengan tingkat kekuatan ekonomi anggotanya. Lembaga koperasi yang beruntung lahir dari ‘keluarga kaya’ seperti BUMN, Lembaga Pemerintah dan Lembaga Swasta yang cukup ternama akan bisa berkembang dan melahirkan koperasi dengan modal besar, kuat dan menjadi kekuatan kecil yang bisa diperhitungkan (versi lokal).
Ø  Bagaimana dengan koperasi yang dilahirkan dari kalangan masyarakat kecil yang miskin dan papa ??? koperasi jenis ini akan sangat tertatih, anggota hanya membutuhkan koperasi untuk melakukan kegiatan hutang/peminjaman dalam skala tertentu. Nama koperasi hanya sebagai penghias papan nama dan menjadi simbol dari arti sebuah kemiskinan yang tentu saja akan minder saat bersaing dengan saudara koperasi mereka yang terpampang megah di instalasi nan megah dan keren.
Pengkotakan koperasi seperti ini tentu saja sangat merugikan dan akan menghadirkan perasaan jengah ketika kita menoleh ke belakang dimana kelahiran koperasi sangat diharapkan akan menjadi kekuatan yang merakyat, menjadi lembaga pengadil yang hadir untuk melindungi masyarakat dari liberalisme. Perlu penyatuan visi, penyeragaman beberapa prinsip yang bisa merangkul berbagai pihak sehingga perkembangan koperasi tidak hanya bergantung dari kantong tebal anggotanya, atau tergantung pada institusi induk yang menaunginya.

3.      Visi Lokal
Dari beberapa rekam statistik situasi koperasi, tidak heran jika koperasi hanya berpuas dengan visi lokal mensejahterakan anggota dalam lingkup tertentu, berhenti di situasi ketika anggota merasa nyaman dan cukup dengan keberadaan koperasi seakan ada sebuah kemalasan ketika koperasi harus berkembang melewati pagar batas sebuah institusi. De javu koperasi ini mungkin mewakili beberapa pertanyaan segelintir orang yang mempertanyakan kenapa koperasi tidak bisa berkembang, hanya sebatas letupan kecil dan tidak mampu berbicara banyak dalam skala nasional.

Asosiasi orang-orang artinya, Koperasi adalah organisasi yang terdiri dari orang-orang yang terdiri dari orang-orang yang merasa senasib dan sepenanggungan, serta memiliki kepentingan ekonomi dan tujuan yang sama. Kumpulan orang-orang ini harus dilebarkan maknanya, berkembang melawati batas kemapanan sebuah kelompok, berbaur dengan masyarakat dan membelah menjadi visi sosial yang mampu menggerakan nadi perekonomian rakyat. Visi lokal, primordial dan sensitivitas kelompok pada dasarnya akan sangat merugikan koperasi, alih-alih mengangkat perekonomian rakyat rekam jejak koperasi saat ini malah akan menghasilkan inspirator dan visi prematur yang hanya menjadikan koperasi sebagai ajang kepentingan kelompok tertentu.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons