Read more: http://matsspensix.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-judul-pada-blog-bergerak.html#ixzz274NKvLCo

Jumat, 29 April 2016

Ngga Bisa Nulis??? Tenang...Rika ora Dewekan

Menulis adalah suatu kemewahan, langka dan limited edition.  Nyatanya memang tidak banyak orang yang suka menulis. Bagaimana pendapat Anda ????  

Lupakan dulu pernyataan diatas. Marilah kita coba bertanya kepada teman atau kita sendiri, "berapa kali dalam sehari kita menulis???" mungkin hanya Tuhan yang tahu jawabnya...  Lain halnya jika kita bertanya "Berapa kali dalam sehari kita update status di medsos?" di zaman sekarang saya berani bertaruh hanya nol koma sepersekian persen yang menjawab tidak pernah, atau hanya sekali.

Menulis nampaknya memang belum dianggap sesuatu yang populis bahkan tergolong budaya langka. Kalaupun ditanyakan mengapa, sebagian besar akan mengaku tidak bisa menulis.
Aneh saja karena disisi lain kita terbiasa dengan meng-Update status (yang mungkin telah menjadi bagian dari gaya hidup kita). Bayangkan saja mulai bangun tidur, mau makan, patah hati, jalanan macet, bahkan (maaf) mau p** saja kita di medsos.

Kabar baiknya hal itu tidak lantas menjadikan kita lebih maju dalam budaya menulis.  Masih sering kita mendengar celetukan dari teman bahwa Menulis itu Susah, Bingung mau nulis apa. Atau bahkan Anda sendiri yang berfikir seperti itu.

Pemikiran yang salah??? Menurut saya sah sah saja. Maksud saya tidak salah dan anda tidak sendirian. Negara kita memang masih minim dalam hal menulis. Data percetakan buku menunjukkan dalam setahun hanya ada 8.000 buku yang diterbitkan di Indonesia, bandingkan dengan jumlah penduduk yang terdiri lebih dari 225 juta jiwa.

Atau mari kita salahkan saja historis bangsa indonesia yang mempunyai budaya suka bertutur, bercerita dari mulut ke mulut. Sehingga kita tidak terlahir sebagai makhluk yang gemar menulis.
Jangankan menulis, besarnya budaya membaca masih jauh dari kata memuaskan. Kita bisa lihat dari penelitian UNESCO bahwa indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya dalam setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca.
Jadi jika minat baca saja minim, bisa dibayangkan sebesar apa minat menulis di kalangan orang Indonesia. Artinya kita bukan satu satunya di Indonesia yang phobia menulis atau bahasa Banyumasnya "Rika ora dewekan". Ya memang beginilah Indonesia kita tercinta ini.
Bagaimana jika kemudian kita bukan termasuk orang Indonesia kebanyakan dan penasaran ingin belajar menulis??

Gertrude Stein pernah menulis, "Menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis." Yang mungkin maksudnya  adalah bahwa menulis itu ya soal menulis, dari awal sampai akhir. Bahwa menulis adalah menulis. Pokoknya menulis. Bagaimana mulai menulis? Menulis. Bagaimana untuk dapat terus menulis? Ya terus menulis atau bahasa kerennya just write.

Hal yang sama berlaku bagi penulis pemula, memperbanyak tulisan akan memperbesar kemampuan menulis kita. Padahal tak sedikit orang ingin tulisannya langsung hebat dalam tulisan pertama sehingga pembaca kagum dan berkomentar "Wow".

Yang harus kita sadari bahwa tulisan yang bagus butuh proses berulang kali. Perulangan tersebutlah yang akan melatih kita menuju kesempurnaan hasil. Tidak jarang kita penasaran dan mencoba menulis. Setelah selesai ternyata hasilnya tidak sesuai harapan. Mungkin tulisannya jelek, tidak beraturan, bikin pusing, atau terlihat konyol. Kemudian kita malas dan tidak menulis lagi.
Tak mengapa, semuanya pernah mengalami hal itu. Mungkin pada tulisan yang kesekian tulisan kita baru terlihat bagus. Menulislah terus, biar saja jelek toh kita masih belajar.

Cuekin saja apa kata orang yang penting kita nulis, tulis apa saja, sesuka kita, semau kita. Jangan terpancing tulisan harus puitis, harus ilmiah, harus panjang, dan aturan lain yang membuat illfeel.
Tapi jangan lupa, untuk memperkaya seni menulis dan materi tulisan kita juga harus membaca. Kalaupun kita sangat sibuk untuk membaca, buka mata dan telinga lebar lebar, memperbanyak melihat kejadian dan mendengar berita. Semakin banyak wawasan berbanding lurus dengan kemahiran menulis. Idealnya sih kita harus banyak membaca dann berdiskusi supaya lihai dan cerdas memilah kalimat.


Menulislah layaknya kita update status, atau mungkin seperti kita menulis diary. Tulis apa saja, kapan saja, dan dimana saja kita mau. Yakin saja suatu saat tulisan kita bagus, sampai akhirnya kita PD untuk berkata "Ini lho tulisan Gw.....

Selasa, 26 April 2016

Mengungkap Liarnya "Ide-ide Gila" Grup Ikatan Alumni UMP

Mahasiswa merupakan produk akhir Institusi Perusahaan Pendidikan, proses final yang secara struktur memutuskan ikatan emosional “Industrial” pelaku industri Pendidikan.
Berakhirnya masa pembelajaran sekaligus melahirkan sosok baru yang lazim disebut "Alumni". Dalam kesehariannya alumni tidak bisa lepas dari almamaternya. Embel2 tersebut terikat seumur hidup dalam wujud gelar akademik. Itulah muasal lahirnya ikatan emosional yang sangat kuat bagi alumni.

Ikatan mata rantai emosional alumni mempunyai tersebut menghasilkan posisi tawar unik dan strategis yang menghubungkan Institusi Perguruan Tinggi dengan masyarakat. Meskipun mereka tidak lagi merupakan bagian aktif dalam proses pendidikan di Perguruan Tinggi, namun pengalaman mereka selama menjadi mahasiswa dan ikatan batin serta rasa memiliki mereka yang kuat terhadap almamater.

Sayangnya tidak semua melihat dengan sudut senada. Tidak jarang institusi pendidikan terlalu fokus pada  peningkatan mutu pendidikan sehingga tidak sadar telah abai akan alumninya.

Kegelisahan sejenis itulah yang mungkin terjadi pada sekelompok alumni Universitas Muhammadiyah Purwokerto atau yang sering disingkat UMP. Yang memaksa mereka untuk "turun gunung" melintas usia dan skala geografis lewat sebuah ajang diskursus kontemplatif.
Tergabungnya sekelompok sosok aneh dalam sebuah lingkar diskusi seakan menguak kembali telaah kritis yang sekian lama terkubur.

Tapi jangan dulu membayangkan diskusi di ruang pertemuan mewah dengan segala fasilitas. Ini hanya diskusi dalam sebuah grup BBM sederhana, yang disulap menjadi "UKM" dimana kami dulu berkumpul bersama. Tempat yang menjadi sorga bagi para "aktivis". Ya... itulah julukan sekelompok mahasiswa ini, penghuni grup BBM kecil yang hanya beranggotakan 20 peserta.

Dan jangan pula membayangkan diskusi berlangsung santun, Anda tidak boleh lupa bahwa peserta diskusi adalah mantan "orang gila" UMP pada masanya. Walaupun hanya  mantan aktivis yang mungkin mulai berumur, aura “kekejaman dan kebrutalan ide” tetap terjaga.

Segala kemewahan dari liarnya pemikiran yang senantiasa bergejolak masih tertata rapi. Mantan Sekjend Dewan Mahasiswa, aktivis Fak. Bahasa Inggris yang saat ini sedang mengejar S2 di negeri China didaulat menjadi jenderalnya. Sosok sukses dibalik sebuah institusi perbankan syariah yang berdedikasi tinggi didapuk menjadi wakil tokoh nomor 2 kelompok ini. Tokoh Fakultas Ekonomi UMP yang juga mantan aktivis Kopma Lebah yang disegani pada zamannya.

Kehadiran Tokoh pers Banyumas yang sekarang merintis Satelite TV, mantan tokoh Persma UMP dan senior Kopma yang  konsen dalam marketing perusahaan gas LPG yang kehadirannya mewarnai dengan celetukan cerdasnya. Dan tentu saja penghuni lain yang dulunya berkecimpung dalam wadah aktivis berbagai UKM berkumpul disini.

Menengok para penghuni grup, wajar saja jika sebuah irisan2 kegelisahann selalu diramu dan diterjemahkan ke dalam proyek penggalian ide dan wacana.
Tekad menjadikan Ikatan Alumni menjadi institusi yang diperhitungkan, menjadi lahan eksistensi yang tak kunjung rampung.

Kegelisahan demi kegelisahan yang terus mengalir dikemas dalam perdebatan santun ala aktivis. Komunitas kecil ini sukses mengobati kerinduan akan kebuasan Unit Kegiatan Mahasiswa yang penuh lontaran ide gila tak bertakar.


Memang belum ada kata putus dalam membangun konsep ikatan alumni ideal. Namun setidaknya "singa tua" yang pernah mengenyam kerasnya kehidupan aktivis mahasiswa tetap membuktikan bahwa gairah itu tetap ada. 
Gairah untuk berkarya, bertukar ide, dalam cita rasa yang elegan namun tetap bernuansa kritis dan dinamis.

Sabtu, 23 April 2016

Belajar Kebersamaan dari Team CS MPS Padamara

Anggapan sebagian orang bahwa dibutuhkan ongkos mahal untuk sebuah kebersamaan tidak berlaku bagi team CS MPS Padamara, Purbalingga.
Hari Minggu, 24 April 2016 team yang beranggotakan mayoritas laki2  menunjukkan dengan karya sederhana.
Bertempat di Perum Abdi Negara Permai Bojanegara perwujudan dari agenda bersama bertajuk “Masak Bareng” dilaksanakan. Berbagi tugas direncanakan dengan rapi, mulai proses belanja bahan, bumbu dan kelengkapan lain. Semua tugas dikontribusikan sesuai dengan kemampuan anggota team.
Tangan2 kekar dan maskulin tidak canggung mengiris bawang, membuat bumbu dan menggoreng tempe. Tidak ada stigma gender, semua kompak melaksanakan tugasnya masing2.

Prosesi yang dimulai pukul 09.00 akhirnya kelar pas jam makan siang. Sedapnya aroma rica2 dipadu oseng kangkung, tempe goreng yang dilengkapi dengan irisan semangka dan es teh menghiasi rumah kecil yang terletak di gang Gatotkaca IV Perum Bojanegara Purbalingga tersebut.

Akhirnya tibalah saatnya makan bersama. Satu persatu racikan hasil karya sendiri  disajikan. Team CS berjajar rapi memenuhi ruang tamu yang disulap menjadi ruang makan sederhana. Disertai tawa canda makan bersama dihelat dengan khidmat. Khidmat yang natural, yang tetap mencirikan eleganitas team lapangan.

Mungkin mereka tidak menyajikan sesuatu yang rumit. Mereka hanya meluangkan waktunya untuk melakukan aktivitas bersama. Tetapi tidak menghalangi team CS untuk tetap gembira dan menikmati kegiatan tersebut.


Sebersit pesan inspiratif bisa dipelajari dari mereka. Bahwa semangat kekompakan team bisa terbangun bahkan dalam ragam aktivitas yang simple dan sederhana. Kenyataanya untuk menjadi team yang luar biasa tidak dibutuhkan hal yang mahal dan hebat. Cukup dengan merelakan waktu bersama, tertawa bersama dan duduk bersama. Sesederhana itu...yang kadang sangat sulit untuk kita diwujudkan. 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons