Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis
Soko Guru mempunyai arti Tiang Penyangga/UtamaJadi secara sederhana jika kita memaknai hakekat peran besar koperasi sebagai badan usaha yang paling tepat untuk menghimpun kekuatan ekonomi rakyat sehingga tergabung menjadi sebuah kekuatan besar perekonomian Indonesia. Sebagai acuan dasar dari pola pembangunan dan kerangka sistem ekonomi, sebagai “Kitab suci” perhelatan pakar Intelektualism ekonomi dan sebagainya yang mengacu pada Koperasi sebagai Sentral dari segalanya. Posisi tersebut menjadi semakin legitimate dengan UUD Pasal 33 yang secara tegas memandang koperasi sebagai soko guru Pasal 4 UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Seharusnya hal itu cukup untuk menjadi landasan hukum dan politis untuk “memaksakan” semua fihak untuk menjadikan Koperasi sebagai Dewa Ekonomi Nasional.
Jika kemudian sampai hari ini kita hanya bisa melihat onggokan ideologis koperasi tercecer di tepian pemikiran sebagian kecil pemerhati dan pemeduli koperasi, diamalkan oleh segelintir rakyat miskin dan tidak berdaya, didengungkan oleh pihak2 yang berkepentingan “hanya diagungkan” sebagai alat loncat untuk kepentingan sendiri, maka akan terlalu banyak bank soal pertanyaan yang harus diselesaikan.
Kenyataannya timbul kekhawatiran komunal bahwa kita sekarang tidak berani bicara kepada masyarakat Indonesia, kaum Borjuis, Politisi dan para kapitalis bahwa inilah soko guru ekonomi kita, koperasi kita kalah dengan semua itu, jangan harap kita bermimpi untuk menjadi rival utama kaum kapitalis. Harusnya para kapitalis bisa kompromi dengan koperasi, sama seperti di Eropa dan Amerika.
Di Eropa dan Amerika sana bisa, kenapa di sini tidak bisa?
- Di Eropa koperasi tumbuh terutama melalui koperasi kredit dan koperasi konsumen yang kuat hingga disegani oleh berbagai kekuatan. Di perdagangan ritel, koperasi-koperasi konsumsi merupakan pionir dari penciptaan rantai perdagangan ritel modern (Furlough dan Strikwerda, 1999). Di sektor perbankan di negara-negara seperti Perancis, Austria, Finlandia dan Siprus, menurut data ICA (1998a), pangsa pasar dari bank-bank koperasi mencapai sekitar 1/3 dari total bank yang ada.
- Di negara-negara Skandinavia, koperasi menjadi soko guru perekonomian dan mempunyai suatu sejarah yang sangat panjang.
- Di Norwegia, 1 dari 3 orang (atau 1,5 juta dari jumlah populasi 4,5 juta orang) adalah anggota koperasi. Koperasi-koperasi susu bertanggung jawab untuk 99% dari produksi susu; koperasi-koperasi konsumen memegang 25% dari pasar; koperasi-koperasi perikanan bertanggung jawab untuk 8,7% dari jumlah ekspor ikan; dan koperasi-koperasi kehutanan bertanggung jawab untuk 76% dari produksi kayu.
- Di Finlandia, koperasi S-Group punya 1.468.572 anggota yang mewakili 62% dari jumlah rumah tangga di negara tersebut. Grup-grup koperasi dari Pellervo bertanggung jawab untuk 74% dari produk-produk daging, 96% dari produk-produk susu, 50% dari produksi telor, 34% dari produk-produk kehutanan, dan menangani sekitar 34,2% dari jumlah deposito di bank-bank di negara tersebut. Pada tahun 1995, dua koperasinya yang masuk di dalam 20 koperasi pertanian terbesar di Uni Eropa (UE) adalah Metsaliitto (kayu) dengan penghasilan 3.133 juta ecu dengan 117.783 anggota, dan Valio (produk-produk susu) dengan penghasilan 1.397 juta ecu, 47 anggota dan 5.101 pekerja. Di Denmark koperasi-koperasi konsumen meguasai pasar 37%
- Di Jerman, sekitar 20 juta orang (atau 1 dari 4 orang) adalah anggota koperasi, dan koperasi yang jumlahnya mencapai 8106 unit telah memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian negara tersebut, diantaranya menciptakan kesempatan kerja untuk 440 ribu orang
- Di Inggris, diperkirakan sekitar 9,8 juta orang adalah anggota koperasi, dan pertanian merupakan sektor di mana peran koperasi sangat besar. Sektor lainnya adalah pariwisata.
- Di Perancis jumlah koperasi tercatat sebanyak 21 ribu unit yang memberi pekerjaan kepada 700 ribu orang, sedangkan di Italia terdapat 70400 koperasi yang mengerjakan hampir 1 juta orang.
- Belanda, walaupun negaranya sangat kecil, tetapi koperasinya sangat maju. Salah satu adalah Rabo Bank milik koperasi yang adalah bank ketiga terbesar dan konon bank ke 13 terbesar di dunia.
- Di Hongaria, koperasi-koperasi konsumen bertanggung jawab terhadap 14,4% dari makanan nasional dan penjualan-penjualan eceran umum pada tahun 2004. Di Polandia, koperasi-koperasi susu bertanggung jawab untuk 75% dari produksi susu di dalam negeri. Di Slovenia, koperasi-koperasi pertanian bertanggung jawab untuk 72% dari produksi susu, 79% dari sapi, 45% dari gandum, dan 77% dari produksi kentang. Di Slovakia, terdapat lebih dari 700 koperasi yang mengerjakan hampir 75 ribu orang.
Di Indonesia Koperasi belum menjadi apa apa....Koperasi menjadi aktor dalam beberapa kasus penggelapan, penipuan dana nasabah, menjadi kekuatan besar secara teori dan minim kontribusi dalam perekonomian Indonesia.
Apakah faktor Pendidikan Anggota yang masih kurang, pemahaman koperasi yang harus dimasifkan, atau faktor X yang bisa menyulap koperasi menjadi lebih disegani. Hal itu belum bisa dijadikan acuan untuk menjawab pertanyaan “Kenapa??”
Secara teori kita bisa mencari jawaban pertanyaan tersebut dalam 2 skala faktor sebagai kambing hitamnya :
- Faktor internal
- Anggota
- Pengurus
- Pengawas
- Faktor Eksternal
- Persaingan
- Pengembangan Program
- Iklim dunia Usaha
- Pemahaman Koperasi Masyarakat
- Perubahan Iklim Politis
Faktor penyebab di atas jika masing masing bagiannya dikembangkan adalah rangkuman dari banyaknya analisa, logika dan Sudah terlalu banyak orang pintar yang mencoba menganalisa penyebab Keterpurukan Koperasi, baik dari segi ideologis, Politis, Epistimologis dsb yang membuat kita bertambah bingung sebenarnya apa yang terjadi dengan koperasi. Di sini kita tidak akan menjadi orang pintar tetapi akan membuat beberapa pertanyaan sederhana sebagai indikator tidak resmi atas pertanyaan mengenai Koperasi.
Mari kita coba menjawab beberapa pertanyaan ini :
- Apakah koperasi sekarang dibentuk dengan kesadaran calon anggotanya ???
- Apakah Anggota mempunyai kedaulatan yang lebih tinggi dalam keputusan strategis Koperasi dalam kesehariannya ???
- Apakah manajemen Koperasi lebih suka bergerak atas nama team koperasi, dibandingkan atas nama Individu ???
- Apakah Anggota merasa puas dalam Berkoperasi ???
- Sudahkan terjadi pemerataan distribusi dan sumber daya di kalangan Anggota Koperasi ???
- Apakah Koperasi mempunyai target utama penambahan besaran SHU dari waktu ke waktu dibandingkan target peningkatan kualitas dan Pendidikan anggota ???
- Apakah Manajemen Koperasi sudah cukup bangga dengan banyaknya unit Usaha yang dikelola Koperasi, dengan semakin banyaknya penambahan usaha secara kuantitas ???
- Apakah Koperasi menempatkan faktor eksternal sebagai kambing hitam keterpurukan koperasi ???
- Apakah Koperasi mengharapkan banyak kontribusi dari pemerintah untuk menciptakan kebijakan yang melegitimasi Koperasi ???
- Apakah Koperasi menyalahkan masyarakat karena lebih tertarik dengan Unit Usaha Kapitalis dibandingkan dengan Koperasi ???
Mungkin jika pertanyaan ini masih relevan dengan kondisi perkoperasian kita, jika point 1-5 kita mendapatkan realita jawaban “tidak” dan 6-10 kita lebih banyak menjawab “ya” maka jangan mengharapkan Koperasi menjadi Keren dan berkembang sebagai institusi ekonomi yang “mencerdaskan”, bahkan bukan tidak mungkin Koperasi hanya tinggal nama beberapa tahun mendatang...