Pada dasarnya
setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan
akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya
perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu
perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian
kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau.
Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,pada dasarnya merupakan
suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada
kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Bahkan lebih
tandas Sorokin berpendapat bahwa perubahan
sosial yang bersifat
siklus disebabkan ‘fungsi sosial’ masyarakat
belaka, yang akhirnya
kembali kekeadaan semula, awal
siklus terjadi (Eshleman 1983).
Sorokin dalam
teorinya Social and
Cultural Dynaynics mencoba membagi tahapan perubahan sosial tiga tahap
yang berputar tanpa
akhir. Ketigaperubahan tahap itu
adalah:
- Kebudayaan ideasional (ideational cultur) yang didasarkan atas nilai-nilai adikodrati (supernatural);
- Kebudayaan idealistis (idealistic cullctur) didasarkan atas unsur adikodrati dan fakta-fakta nyata guna mencapai masyarakat yang ideal;
- Kebudayaan sensasi (sensate cultur) memberikan tolak-banding ukir antara fakta dan tujuan hidup.
Sorokin menilai
kondisi iklim sosial saat itu telah
mencapai tahapan ke-3,
sehingga telah rapuh dan
akan terjadi siklus
ketahapan pertama, kembali menjadi tahap kebudayaan ideasional.
Teori siklus yang
lain tercatat Arnold
Toynbee (1889-1975),seorang
sejarawan Inggris yang menyimpulkan bahwa kebudayaan bersiklus atas kelahiran
budaya, pertumbuhannya, keruntuhan, dan kematian (Horton, 1992). Lebih jauh
Toynbee mensinyalir bahwa kebudayaan
manusia, termasuk kebudayaan
barat akan runtuh,dan kembali pada siklus pertama lagi,
siklus kelahiran budaya baru. Upaya
dari pengikut siklus
kebudayaan telah lama
dilakukan,antara lain untuk menjawab mengapa terjadi perubahan?
Terlepas dari fakta-fakta perubahan
sosial-budaya yang ada
teramat sulit dibuktikan. Perkembangan
teori sosial terjadi cukup pesat. Hal ini terdorong oleh sejumlah faktor, di
antaranya adalah perubahan sosial masyarakat yang membutuhkan pemecahan
berdasarkan bidang ilmu tertentu secara cepat, dan didorong oleh perkembangan
ilmu terutama di bidang kemasyarakatan yang mampu mengkaji masyarakat secara
ilmiah.
Salah satu
iklim sosial yang saat ini menjadi raja adalah sistem Kapitalisme, seperti kita
ketahui Kapitalisme berkembang di Inggris pada abad 18 dan kemudian
menyebarluas ke kawasan Eropa Barat-laut dan Amerika Utara. Kapitalisme
merupakan sebuah sistem yang muncul dari sebuah pemikiran dunia Barat.
Kapitalisme mulai mendominasi kehidupan perekonomian ekonomi dunia Barat sejak
runtuhnya feodalisme.Hingga sekarang, kapitalisme memang dengan sukses besar
meruntuhkan pandangan-pandangan Marxisme klasik yang meramal tentang runtuhnya
kapitalisme. Banyak tesis yang mencoba menjelaskan mengapa kapitalisme tidak
runtuh seperti ramalan Marx. Dua yang cukup menonjol adalah pemikiran dari
kelompok aliran Frankfrut School yang menjelaskan tentang kuatnya penanaman
kesadaran-kesadaran palsu (false consciousness) dan Antonio Gramschi tentang
hegemoni
Kapitalisme yang lahir dari
pemikiran masyarakat feodal kini telah menjadi senjata ampuh negara maju untuk
memajukan perekonomian mereka. Sementara itu kapitalisme juga telah membunuh
perekonomian negara berkembang atau negara negara miskin. Konsep Kapitalisme
yang sudah mendunia memang tidak bisa dihindari oleh negara negara maju dan
negara negara dunia ketiga.
Tanpa disadari Kapitalisme telah menjadi sebuah
ancaman besar bagi masyarakat negara negara berkenbang. Organisasi Industri
Modern bersifat bersifat hierarkis yang di dasarkan pada disiplin dan
kepatuhan.Pola tradisional dalam perusahaan Indusrti telah banyak di modifikasi oleh perundingan
antar serikat.badan perwakilan,pendapt umum,dan peningkatan rasa tanggung jawab
di kalangan para penguasa terhadap kelompok dan masyarakat secara keseluruhan
Ekonomi
kapitalisme menjunjung tinggi prinsip kepemilikan individu. Siapa punya uang,
disana dia yang berkuasa. Siapa punya uang, dia akan semakin kaya, karena
dengan uang tersebut dia dapat membeli apapun yang dia inginkan sekalipun itu
berbentuk barang yang seharusnya dikelola oleh negara demi kepentingan
rakyatnya, semisal tambang,migas, bahkan memiliki pulau pun sah-sah saja pada
masa kini
The Next Fighter for Kapitalisme
???
Dalam kerangka
pemikirannya mengenai komunisme, Marx meramalkan bahwa kapitalisme pasti akan
mengalami keruntuhannya. Penyebabnya, kata Marx adalah ulah dari kaum
kapitalisme itu sendiri yang karena sifat rakusnya akan terus menerus memupuk
keuntungan atau akumulasi modal. Kerakusan adalah kekuatan sekaligus kelemahan dari
kapitalisme.
Kaum kapitalis
yang merupakan pemilik alat-alat produksi dengan logika akumulasi modalnya,
terus menerus melakukan penghisapan terhadap kaum buruh atau proletar sampai
kemudian kaum buruh tidak lagi memiliki kemampuan untuk membeli produk-produk
yang dihasilkan mesin-mesin produksi kapitalisme. Inilah yang menjadi akar dari
revolusi kaum proletar yang akan meruntuhkan kapitalisme.
Pada kenyataannya
sampai sekarang kita tidak melihat keruntuhan sebagaimana ramalan Karl marx
sehingga beberapa saat kita harus mengakui “kebenaran” fahamnya. Beberapa hal
yang bisa kita harapkan adalah adanya kejenuhan pasar atau dalam hal ini
masyarakat yang tertinggal dan tidak bisa mengikuti jejak big capitalism
sehingga menimbulkan kesenjangan besar dan kekuatan sosial baru.
Diluar pemikiran
Marx dan kaum sosialis lain, kita tidak boleh lalai ketika Sejarah membuktikan
fakta kemunculan munculnya revolusi industri sebagai gambaran awal sistem
kapitalisme di Inggris tahun 1770 yang menggantikan tenaga manusia dengan
mesin-mesin industri yang berdampak pada semakin besarnya pengangguran hingga
revolusi Perancis tahun 1789 yang awalnya ingin menumbangkan kekuasaan raja
yang feodalistik, ternyata memunculkan hegemoni baru oleh kaum kapitalis.
Semboyan Liberte-Egalite-Fraternite (kebebasan-persamaan-kebersamaan) yang
akhirnya memunculkan Koperasi Praindustri.
Pun Revolusi
Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan kemiskinan dan penderitaan
bagi rakyat Perancis. Kelahiran koperasi yang didasari oleh adanya penindasan
dan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat kalangan bawah (buruh) di dalam
sistem kapitalisme yang berkembang pesat saat itu. ideologi sosialisme yang
muncul sebagai reaksi dari kekurangan-kekurangan kapitalisme itu ternyata tidak
mampu berbuat banyak untuk merubah keadaan saat itu,hingga Charles Forier,
Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle, yang menyadari perlunya perbaikan nasib
rakyat, para pengusaha kecil di Perancis berhasil membangun institusi bersama
(koperasi) yang bergerak dibidang produksi.
Didirikan di kota Rochdale, Inggris pada tahun
1844. Sebuah kesepakatan orang per orang yang notabene sekumpulan buruh pabrik untuk
membentuk sebuah kerjasama ekonomi ini di pandang sukses. Perkumpulan yang berjudul
Koperasi yang dipelopori oleh 28 anggota tersebut dapat bertahan dan sukses
karena didasari oleh semangat kebersamaan dan kemauan untuk berusaha Dari pedoman
koperasi di Rochdale inilah prinsip-prinsip pergerakan koperasi dibentuk.
Sifat-sifat
jenuh, bosan dan rasa tidakpuas menyebabkan terjadinya perubahan
sosial.Kejenuhan terhadap tatanan sosial akan menimbulkan upaya meningkatkan
tatanan sosial yang lebih baik, kebosanan terhadap perilaku sosial tertentu
akanmenimbulkan upaya perbaikan perilaku sosial. Begitu pula adanya rasa tidak
puas terhadap kaidah sosial akan menimbulkan pula upaya perbaikan kaidah
sosial. Dengan demikian dapat dikatakan terjadinya perubahan sosial karena kejenuhan,
kebosanan dan rasa tidak puas. (Horton, 1992).
Kita boleh
berharap secara manual bahwa masyarakat suatu saat akan menjadi jenuh dan
menginginkan sebuah perubahan, menyusuri lingkar tahapan kebudayaan yang
menjejak kembali ke arah kearifan budaya lokal sebagai basisnya. Berbagai studi
telah menampilkan sisi lain dari kapitalisme, keresahan atas hilangnya harkat
kemanusiaan, terpuruknya nilai sosial, modal sebagai hitungan terbesar dan besarnya
kesenjangan telah membuat beberapa kalangan menyerukan untuk back to the habbit,
kembali sebagai makhluk sosial. Kerinduan akan budaya lokal yang mulai
menggejala dalam skala kecil merupakan makna tersirat yang menjadi sebuah
momentum gerakan koperasi. Penawaran nilai kebersamaan, pernghargaan nilai kemanusiaan
seharusnya ditangkap gerakan koperasi untuk menjumput peluang, baik dari
kalangan “tertindas” yang membutuhkan komunitas, maupun kalangan menengah yang
membutuhkan infiltrasi sosial dalam kesehariannya.
Ditengah keringnya
varian kemanusiaan dan lemahnya pengakuan manusia atas mesin produksi, Koperasi
harus memampukan diri dengan kemegahan sosial dan pencitra kearifan budaya
lokal melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan.
Lihatlah bagaimana
koperasi sangat menghormati harkat kemanusiaan, disini tidak dikenal adanya
majikan dan buruh, serta tidak ada istilah pemegang saham mayoritas. Semua
anggota berposisi sama, dengan hak suara sama. Oleh karena itu, apabila
aktivitas produksi yang dilakukan koperasi ternyata dapat memberi laba
finansial, semua pihak akan turut menikmati laba tersebut. Secara sosial, koperasi
telah menuangkan kemanfaatannya dalam 3 hal :
a)
Mendorong terwujudnya kehidupan masyarakat damai
dan tenteram.
b)
Mendorong terwujudnya aturan yang manusiawi yang
dibangun tidak di atas hubungan hubungan kebendaan tetapi di atas rasa
kekeluargaan.
c) Mendidik anggota-anggotanya untuk memiliki
semangat kerja sama dan semangat kekeluargaan.
Selain itu
koperasi menawarkan Modal Sosial sebagai perekat yang memperkokoh jalinan
hubungan antar anggota sebagai basis yang akan memperkuat kebersamaan dalam
mencapai kepentingan dan tujuan ekonomi, sehingga penggunaan modal ekonomi akan
efektif dan efisien, penguatan modal sosial akan menghilangkan trade off yang
terjadi dalam organisasi koperasi sebagai sebuah organisasi sosio ekonomi.
Bergabungnya anggota dalam koperasi bukan hanya karena kepentingan ekonomi yang
sama semata saja, namun juga ada kesamaan dalam kepentingan sosial yang akan
lebih merekatkan hubungan antar pribadi.
Dengan berbagai
keunggulan di atas, tidak salah jika kita berbangga hati mengajukan Koperasi
sebagai calon the next fighter untuk “menggulingkan” blocking power capitalism.
Sebuah signal penyemangat supaya kesepakatan harus dibangun untuk membangun
kebersamaan dan signal pemersatu antar koperasi di Indonesia, menjadikan
koperasi sebagai sosok tangguh yang “Halal” bagi semua kalangan dan mampu
survive di tengah gencarnya kebuasan sistem sosial yang mengepungnya. Inilah sebuah obsesi sosial yang terbangun
dari sistem kebersamaan dan terbangunnya gerakan ekonomi kerakyatan sebagai
basisnya .........
0 komentar:
Posting Komentar