Read more: http://matsspensix.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-judul-pada-blog-bergerak.html#ixzz274NKvLCo

Senin, 04 Februari 2013

Rekam Jejak Koperasi



Berbicara koperasi layaknya membahas sesuatu yang ambigu, satu sisi merupakan sumber kekuatan ekonomi kerakyatan yang seharusnya ditumbuhkembangkan secara sosial dan menjadi trending setter sistem ekonomi kerakyatan, disisi lain menampilkan muka yang sama sekali ‘asing’ bagi masyarakat. Keberadaannya hanya dijadikan sensasi sesaat ketika beberapa kepentingan mengharuskan kita menoleh sejenak ke lembaga yang bernama koperasi, dan ketika semua perbincangan tersebut reda koperasi hanya menjadi bagian usang dari rentetan sejarah yang harus dilestarikan, dimuseumkan dalam sekat kelembagaan yang terabaikan.
Sejenak mengingatkan kembali dari beberapa pengertian koperasi di atas, nampaknya ada beberapa kejanggalan atau mungkin kesalahpahaman dari sebuah hakekat koperasi. Secara prinsip Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip Koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya yang rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya. Koperasi bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi anggotanya lebih baik dibandingkan sebelum bergabung dengan Koperasi.
Beberapa catatan untuk merefreshkan keberadaan koperasi menjadi lebih bertenaga dan bergaung :
1.      Primordialisme Koperasi
Jika menilik dari pengertiannya primordial merupakan bentuk keterikatan kepada asal-usul suku, kelompok, keturunan, ras dan agama. Makna ini terkuat terhadap sebuah kenyataan bahwa koperasi terintegrasi dalam tatanan yang sangat eksklusif, sarat kepentingan dan ego komunal yang tinggi. Sebutlah beberapa contoh koperasi, ada KPRI, Koperasi Nelayan, Koperasi Karyawan Perusahaan A dan sebagainya yang beranggotakan hanya orang-orang dalam lingkungan institusi tersebut. Kita belum familier dengan keanggotaan yang berasal dari luar kelompok tersebut, bahkan hampir bisa dipastikan terjadi penolakan jika ‘orang luar’ berniat bergabung dalam sebuah koperasi dalam institusi tertentu. Tidak ada lagi rasa kepemilikan dengan dasar asosiasi orang-orang yang senasib sepenanggungan, yang ada asosiasi orang-orang tertentu dalam sebuah lingkup pekerjaan yang sangat lokal dengan egoisme tinggi. Dengan kapasitas lokal tersebut seolah-olah membenamkan koperasi dalam sudut yang sempit dan terasing dari masyarakat sekitar, tentu saja kita tidak bisa mengharapkan koperasi akan bisa luwes bergaul dalam strata sosial yang lebih luas.

2.      Strata Koperasi
Ø  Dari beberapa geliat koperasi dalam skala kelompok akan menghadirkan nasib koperasi yang berbeda sesuai dengan tingkat kekuatan ekonomi anggotanya. Lembaga koperasi yang beruntung lahir dari ‘keluarga kaya’ seperti BUMN, Lembaga Pemerintah dan Lembaga Swasta yang cukup ternama akan bisa berkembang dan melahirkan koperasi dengan modal besar, kuat dan menjadi kekuatan kecil yang bisa diperhitungkan (versi lokal).
Ø  Bagaimana dengan koperasi yang dilahirkan dari kalangan masyarakat kecil yang miskin dan papa ??? koperasi jenis ini akan sangat tertatih, anggota hanya membutuhkan koperasi untuk melakukan kegiatan hutang/peminjaman dalam skala tertentu. Nama koperasi hanya sebagai penghias papan nama dan menjadi simbol dari arti sebuah kemiskinan yang tentu saja akan minder saat bersaing dengan saudara koperasi mereka yang terpampang megah di instalasi nan megah dan keren.
Pengkotakan koperasi seperti ini tentu saja sangat merugikan dan akan menghadirkan perasaan jengah ketika kita menoleh ke belakang dimana kelahiran koperasi sangat diharapkan akan menjadi kekuatan yang merakyat, menjadi lembaga pengadil yang hadir untuk melindungi masyarakat dari liberalisme. Perlu penyatuan visi, penyeragaman beberapa prinsip yang bisa merangkul berbagai pihak sehingga perkembangan koperasi tidak hanya bergantung dari kantong tebal anggotanya, atau tergantung pada institusi induk yang menaunginya.

3.      Visi Lokal
Dari beberapa rekam statistik situasi koperasi, tidak heran jika koperasi hanya berpuas dengan visi lokal mensejahterakan anggota dalam lingkup tertentu, berhenti di situasi ketika anggota merasa nyaman dan cukup dengan keberadaan koperasi seakan ada sebuah kemalasan ketika koperasi harus berkembang melewati pagar batas sebuah institusi. De javu koperasi ini mungkin mewakili beberapa pertanyaan segelintir orang yang mempertanyakan kenapa koperasi tidak bisa berkembang, hanya sebatas letupan kecil dan tidak mampu berbicara banyak dalam skala nasional.

Asosiasi orang-orang artinya, Koperasi adalah organisasi yang terdiri dari orang-orang yang terdiri dari orang-orang yang merasa senasib dan sepenanggungan, serta memiliki kepentingan ekonomi dan tujuan yang sama. Kumpulan orang-orang ini harus dilebarkan maknanya, berkembang melawati batas kemapanan sebuah kelompok, berbaur dengan masyarakat dan membelah menjadi visi sosial yang mampu menggerakan nadi perekonomian rakyat. Visi lokal, primordial dan sensitivitas kelompok pada dasarnya akan sangat merugikan koperasi, alih-alih mengangkat perekonomian rakyat rekam jejak koperasi saat ini malah akan menghasilkan inspirator dan visi prematur yang hanya menjadikan koperasi sebagai ajang kepentingan kelompok tertentu.

1 komentar:

suplemen glucogen mengatakan...

postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons