Pengertian dan Konsepsi Dasar Pola Pikir
Berpikir pada dasarnya adalah suatu proses mental. Misalnya kita berpikir saat mendapatkan penugasan dari pimpinan, maka Anda akan memikirkan mana yang sebaiknya dikerjakan lebih dahulu. Salah satu contoh lainnya, bila Anda memiliki sejumlah uang dalam jumlah tertentu dari gaji Anda, maka Anda akan memikirkan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang sebaiknya diutamakan dan kebutuhan mana yang dapat dipenuhi kemudian. Hal ini merupakan suatu bentuk proses berpikir. Berpikir adalah kegiatan mental yang melibatkan kinerja otak. Pola pikir adalah pola-pola dominan yang menjadi acuan utama seseorang untuk bertindak. Selanjutnya dikatakan bahwa pola pikir adalah pola yang menetap dalam pikiran bawah sadar seseorang.
(http://id.shvoong.com/how-to/careers/2198693-pengertian-dan-konsepsi-dasar-pola/#ixzz27P2IrC4h)
Kita melihat banyak orang terpengaruh pada berbagai macam pola pikir. Pola
pikir dapat pula mempengaruhi orang yang "non-verbal". Pola pikir
adalah kecenderungan manusiawi yang dinamis, ia dapat mempengaruhi siapa saja;
ia dapat membantu kita, dapat pula merugikan kita yang seperti kebanyakan dapat
pula mengembangkan pola pikir/ persepsi yang dapat bermanfaat ataupun merugikan
mereka sendiri. Untuk dapat membaca pola pikir seseorang, kita tidak selalu
memerlukan bahasa verbal. Ada yang namanya bahasa perilaku. Tanpa disadari
lingkungan sekitar kita dapat membentuk pola pikir negatif yang dapat merusak
diri sendiri.
Tahapan dari pola pikir selanjutnya adalah pola sikap yang merupakan cara/upaya yang dilakukan seseorang untuk melaksanakan pola pikir yang diyakininya. Dari pola sikap yang tergambak secara sosial dan individu itulah kita bisa melakukan analisa bagaimana pola pikir seseorang.
Pola Pikir Belajar dan bekerja
Dari beberapa pandangan dan konsep yang tersirat di lapangan sering kita menafsirkan bahwa ada pemisahan/penyempitan makna antara belajar dan bekerja, dimana keduanya dianggap berbeda dan sulit untuk disatukan. James Patrick Chaplin dalam Dictionary of Psychology: 1985. Belajar dibatasi dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
Secara terminologi definisi bekerja adalah Aktivitas yang menjadi sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya menjadi lebih berarti.
Jika kita cermati dua pengertian di atas secara bijak maka belajar lebih difokuskan ke arah perubahan tingkah laku dan respon. Kita lebih memaknai belajar dari beberapa perlakuan/latihan khusus yang notabene diartikan secara sempit dengan sekolah, institusi perguruan tinggi dan sederet ruang kecil dengan tembok dan belenggu norma di dalamnya. padahal secara luas belajar tidak bisa dibatasi dengan sepetak tanah atau jejalan pemikiran dari beberapa ahli melalui guru atau dosen.
Berangkat dari definisi tersebut pula kita bisa mengubah mindset belajar keluar dari pakem dengan belajar teori dan praktek, dimana praktek tidak didefinisikan sebagai salah satu mata kuliah dari belajar tetapi perluasan eksistensi pemikiran dengan mencobakan di tempat lain yang secara langsung berinteraksi dengan masyarakat, yang dalam hal ini bisa dilakukan dengan bekerja.
Cobalah mengubah pola pikir kita yang mengkondisikan
bahwa belajar itu berbeda dengan bekerja. Belajar itu hanya ada di institusi
pendidikan. Belajar hanya diperoleh di diklat-diklat, seminar, workshop, dan
sebagainya. Tapi, bekerja itu mencari nafkah, mencari beberapa lembar rupiah.
Jika sudah begitu, ilmu itu hanya akan berakhir pada titel, pada
lembaran-lembaran skripsi maupun tugas akhir. Bekerja pun pada akhirnya akan
menjadi suatu rutinitas yang lebih banyak membosankannya, membuahkan banyak
keluhan, kreativitas kita semakin terbunuh. Pernahkan kita berpikir bahwa
bekerja juga termasuk belajar? Bukan sekedar berusaha mengais lembar-lembar
rupiah, tapi juga mengamalkan ilmu agar lebih bermanfaat. Bekerja juga belajar
beradaptasi, mengelola diri ketika berhadapan dengan beragam manusia. Bekerja
juga belajar mengelola hidup di dunia agar membawa kita lebih dekat dengan
kehidupan ukhrawi
Namun perlu diingat bahwa sangat tidak dianjurkan jika ilmu digunakan
sebagai alat pemuas dunia. Ketika ilmu hanya difokuskan untuk mencari
lembaran-lembaran rupiah maka keberkahannya menjadi berkurang. Ilmu itu tidak
lagi mampu menyinari ruang qalbu manusia yang mengejar harta dengan perantaraan
ilmu.
…bahwa ilmu bukanlah senjata pamungkas untuk mengejar harta dunia…
2 komentar:
artikelnya bagus dan bermanfaat.
suplemen pelangsing badan
postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen
Posting Komentar