Read more: http://matsspensix.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-judul-pada-blog-bergerak.html#ixzz274NKvLCo

Minggu, 23 September 2012

Capek Jadi Orang Baik


‘Aku capek sekali jadi orang baik...’itulah sepenggal kata yang diungkapkan seorang teman ketika dalam kondisi tertekan dan tidak tahu harus berbuat apa. Segala kebaikan yang diperbuat dirasa hanyalah sia-sia, teman yang dipercaya mengkhianatinya, menelikung dari belakang, ibarat kata benar-benar menjadi musuh dalam selimut. Dia menambahkan bahwa dari kecil didik untuk selalu menghargai orang, memperlakukan sesama dengan segala kebaikan yang dia punya dan dia bisa. Tidak boleh bertindak semaunya, menyakiti orang, egois, bermusuhan dengan orang, harus mempunyai teman sebanyak-banyaknya.
Semua dilakukan dengan patuh dengan segenap hati, pikiran dan tingkah lakunya, jadilah ia orang yang terstigma secara sosial sebagai ‘orang baik’. Ternyata dibalik semuanya ia merasa iri dengan teman-temannya yang bertindak semaunya, tidak harus mengekang hawa nafsunya, menikmati masa muda dengan variasi kenakalan masa muda dan tantangan untuk mencoba hal yang baru tanpa takut norma, aturan dan agama.
Aku hanya tercenung, ‘benarkah demikian?’... benarkah jadi orang yang selalu baik ternyata sangat menyakiti perasaan sendiri...... Yang pasti karena aku merasa bukan orang baik tidak ada yang bisa kusarankan, hanya jadi pendengan yang baik dan mencoba mencerna ulang keluhan tadi.
Betulkah demikian...????
Dalam sebuah kesempatan kucoba membuka dunia maya dan mencari beberapa pengakuan orang-orang yang bertranformasi dari ‘orang jahat’ menjadi orang normal kebanyakan. Ternyata mereka menuliskan pengalamannya mengaku capek menjadi personal yang secara sosial kurang diterima di masyarakat karena embel-embel dan stigma ‘orang tidak baik’.
Yang baik merasa capek dan pengen merasakan jadi ‘jahat’, sementara yang ‘jahat’ dimata sosial juga capek  dan pengen jadi ‘orang baik’
Menurut aku sih perbuatan kita baik ataupun buruk ibarat ‘investasi jangka panjang’ ibarat orang menanam pohon tidak mungkin berbuah saat itu juga, masih ada yang namanya ‘hukum karma’, ‘ongkos sosial’ dan lain sebagainya yang sampai sekarang dipercaya ‘benar’. Yah dinikmati saja kehidupan ini, pilihan hidup sumonggo kerso terserah kita, hidup untuk dinikmati baik oleh kita maupun keturunan kita kelak.....yang menilai masyarakat, sosial. Paling tidak kita punya teman yang selalu berada di sisi kita, pasangan hidup yang bisa mengarungi bahtera rumah tangga bersama dalam suka dan duka, anak yang bisa dibanggakan, dan lingkungan sosial/tetangga yang baik.... :p

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons