....’Sana dulu
main sama kakakmu, ayah/ibu masih capek.....’
Pernah mengatakan kata tersebut kepada anak kita???? Rasanya itu bukan
perkataan yang jarang kita ucapkan, terlalu sering malah.
Saat kita baru
pulang dari tempat kerja dengan rasa capek, penat, letih, haus, lapar, bahkan
mungkin masih terbawa ‘rasa tidak enak’ ditempat kerja, sesampainya di rumah
anak kita (yang masih kecil) berlari memanggil nama kita dengan wajah ceria,
senang karena seharian tidak melihat orang tuanya, dengan harapan orang tuanya
menyisihkan sedikit waktu dari kita untuk bermain dan menemaninya.
Tetapi apa yang kita berikan sebagai balasannya, dengan wajah merengut,
raut muka sinis, yang keluar dari mulut kita adalah kata yang tidak terduga
sama sekali...’Ayah/Ibu capek sekali,
sana main sama kakak/adik/simbok dulu.....’ Kadang anak kita tidak menggubris
kata-kata kita dan tetap berjalan mengikuti langkah kita ke dalam kamar dengan
harapan kita mau menemaninya sebentar saja....kira-kira apa yang kita lakukan,
dengan suara yang menggelegar karena jengkel perkataan kita tidak dipatuhi “ Ga
dengar apa tadi ayah/Ibu bilang apa, sana keluar dulu !!!
Jika sudah demikian mungkin kita tidak memperhatikan apa yang terjadi
dengan anak kita yang hatinya hancur, linangan air mata yang tak kuasa ditahan,
merasa tidak dipedulikan orang tuanya, dan dalam waktu yang panjang jangan
salahkan jika mereka tidak betah di rumah, lebih percaya dengan teman, berani
kepada orang tua, bahkan terjerumus dalam pergaulan yang tidak benar.
Mungkin kesalahan anak tidak mau mengerti kondisi orang tua yang capek
bekerja seharian, tetapi apakah anak harus mengerti hal itu dan ikut menanggung
beban kita. Anak hanya tahu seharian orang tuanya tidak bisa menemaninya dan
dia ingin ‘menagihkan’ hal itu ketika kita pulang, dengan mengajak kita bermain
anak ingin mempedulikan kita dengan caranya sendiri, menunjukkan kerinduan dan
kecintaannya dengan cara yang berbeda. Dan kita menganggapnya itu suatu dosa
besar layaknya anak kita sudah mengambil
semua waktu kita untuk bersamanya.
Berapa sih waktu yang kita luangkan untuk keluarga kita, untuk suami/istri
tercinta, untuk anak-anak kita, bahkan untuk kita sendiri ????. Jika kita
menghitung alokasi waktu kita (asumsi kita sebagai pekerja/kerja di lingkungan
swasta), rata-rata Jam Kerja Normal 7 jam ditambah istirahat setengah sampai 1
jam, perjalanan pulang pergi berkisar 1 jam, total 9 jam di tempat kerja. Saya yakin
perhitungan ini bukan yang terbesar terutama teman-teman yang bekerja di kota
besar tak jarang harus berangkat jam 5 pagi
pulang jam 7 malam. Katakanlah 12 jam kita habiskan di luar rumah, entah
urusan pekerjaan atau urusan pribadi lain, dengan sisa waktu yang tersedia
dikurangi jatah tidur sekitar 5 jam maka sisa waktu kita 24 – (12 + 7) = 5 jam.
Coba kita kalkulasi lagi dari waktu yang 5 jam tersebut berapa untuk kita
rileks, berbincang dengan istri, dan meluangkan waktu untuk menemani anak kita,
bahkan sisa waktu tersebut kadang kita gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan
kantor.
Adakah kita
sudah mempunyai plan dan menyisihkan waktu yang tersisa dalam 24 jam untuk
keluarga kita ?????
Jangan biarkan
anak kita melewati masa perkembangannya tanpa kehadiran kita, jangan sampai
tingkah dan perilaku anak kita lebih banyak pengaruhi/produk dari pengasuh, media televisi,
teman dan faktor lain yang membuat kita menjadi ‘orang asing’ bagi buah hati
dan keluarga kita......
2 komentar:
artikelnya sangat menarik dan bermanfaat, sukses ya
suplemen pelangsing badan
postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen
Posting Komentar