Sherlock Holmes merupakan sosok detektif yang menarik untuk dicermati,
kecerdasan memilah kasus rumit sehingga menjadi sebuah kesimpulan yang mudah
dimaknai dan dicerna memungkinkannya untuk menjadi serial menarik yang sayang
dilewatkan. Menggunakan metode deduksi (penarikan kesimpulan dari keadaan yang
umum atau penemuan yang khusus dari yang umum) untuk setiap pemecahan masalah
(walaupun sebagian tidak menyetujuinya karena pada kenyataannya kasus-kasus
yang dia pecahkan menggunakan hukum-hukum alam/induksi, bukan murni matematika).
Sebuah sisi lain diperlihatkan Sherlock Holmes ketika mengemukakan
pendapatnya mengenai kecerdasannya. Ia hanya menjawab “Orang bodoh mengambil
semua informasi yang ditemuinya, sehingga pengetahuan yang mungkin berguna
baginya terjepit terjepit di tengah-tengah atau tercampur dengan hal-hal lain.
Orang bijak sebaliknya. Dengan hati-hati ia memilih apa yang dimasukkannnya kedalam
loteng otaknya. Ia tidak akan memasukkan apa pun kecuali peralatan yang akan
membantunya dalam melakukan semua pekerjaannya, sebab peralatan ini saja sudah
banyak. Semuanya itu diatur rapi dalam loteng otaknya sehingga ketika
diperlukan, ia dapat dengan mudah menemukannya”.
Redefinisi orang cerdas yang patut dicermati sebagai bahan evaluasi,
titik landasan yang memberi pelajaran bahwa untuk mencapai kesempurnaan dalam
satu hal kita harus benar-benar menguasai dan fokus. Untuk fokus diperlukan
kecerdasan lebih dalam pengelolaan kinerja dan alur logika sehingga kita dengan
mudah memberikan alur bagi otak kita. Dan itu hanya bisa digapai jika kita
mampu memilah apa yang harus dipelajari dan apa saja yang harus di delete dari
benak kita
Penting bagi kita untuk menjadi lebih smart dalam mengelola pikiran kita,
dengan semakin banyaknya tuntutan dan skenario kehidupan kita akan lebih bijak
bagi menyusun skala prioritas. Jika kita berpendapat otak kita memiliki
kelebihan tidak terbatas mungkin benar adanya, tetapi skill dan power kita
untuk selalu fit dalam pengelolaan kinerja otak memiliki keterbatasan. Sherlock
Holmes bukan seorang yang sempurna, dia bahkan tidak tahu bahwa bumi
mengelilingi matahari dengan alasan hal itu tidak berpengaruh kepada
kehidupannya dan dia dengan legowo mengakui hal lain yang tidak diketahuinya. Interpretasi
brilian dengan tetap menyadari segala keterbatasan pengelolaan menuntut kita
untuk benar-benar paham apa yang kita butuhkan, bukan memasukkan semua yang
kita temukan untuk disimpan.
Tetap fokus pada satu hal melahirkan konsekuensi logis bagi kita untuk
mengebaikan beberapa hal lain. Dengan kata lain jika kita mempunyai 5 hal yang
harus dicermati pada saat bersamaan akan menghasilkan prosentasi keberhasilan
yang bervariasi, tidak mungkin semuanya kita raih 100%. Ini perlu digarisbawahi
bagi kita yang mempunyai banyak hal untuk diselesaikan. Pilihan sulit dalam
sebuah paradigma kinerja dan pekerjaan yang mengharuskan kita terjebak dalam ego
pribadi atas keyakinan kita menghasilkan outpot 100%dalam semua hal. Mendelegasikan
sebuah pekerjaan dengan asumsi sederhana, untuk mengerjakan 5 hal secara
sempurna, dibutuhkan 5 orang yang mampu mengerjakan dengan fokus dan penguasaan
penuh, alibi sempurna untuk mengharuskan kita bekerjasama dalam sebuah team.
Bukan bagaimana kita bisa perfect dalam setiap hal dalam pekerjaan,
tetapi bagaimana kita mengasilkan semakin banyak individu team yang bisa fokus
untuk sebuah keberhasilan bersama.
2 komentar:
postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen
terima kasih atas infonya sangat bermanfaat.
suplemen pelangsing badan
Posting Komentar