Suatu ketika saat memanggil seorang mahasiswa part time karena beberapa
catatan dalam tingkat kepatuhan terhadap peraturan perusahaan dan melalui
percakapan yang agak panjang sampailah kepada kesimpulan dari managemen dan
mahasiswa, ternyata secara individu mahasiswa tersebut hanya berkomentar enteng
“itu kan penilaian orang yang kurang suka terhadap saya, menurut saya pekerjaan
yang saya lakukan sudah benar dan tanpa masalah”. Aku hanya tersenyum simpul
dan akhirnya memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang telah ada.
Beberapa pengalaman menunjukkan sebagian besar orang yang melakukan
kesalahan terbagi menjadi 2 kategori, mengakui kesalahan sebagai suatu
kelalaian dan tidak mengakui dengan alibi (kebenaran versi saya) yang kadang
kurang logis sambil menyalahkan orang lain. Suatu saat seorang teman yang
kuliah di luar negeri bercerita bahwa terdapat perbedaan mendasar dari
kesadaran akan suatu kesalahan, jika di luar negeri seseorang secara kesatria
berani mengatakan ‘ya itu salah saya’ di Indonesia orang yang dianggap bersalah
akan berkata ‘saya tidak bersalah, itu salah dia’, sederhana tetapi berakibat
fatal bagi masa depan mental penerus bangsa ini.
Kebenaran “Versi Saya” menggambarkan betapa egois kita dalam menghadapi
suatu masalah, gejala disharmonisasi komunal yang sangat berbahaya bagi
kesatuan kelompok. Suatu penyikapan yang sangat wajar karena pada hakekatnya
tidak ada seorang manusia pun yang mau dan rela disalahkan. Pertanyaannya ada
2, apakah kesalahan dari individu yang secara sosial kurang bisa beradaptasi
dengan kelompok ataukah pihak management sebagai penentu kebijakan kurang
memahami kondisi karyawan baik secara sosial maupun secara mental. Jika itu
merupakan kesalahan individu maka kita hanya bisa berdoa semoga ada kesadaran
untuk perbaikan dan penyadaran tentang kerja team yang melibatkan berbagai
macam emosi dan tingkat kemakluman dari banyak pihak. Pada saat kebenaran ‘versi
saya’ berkembang dan menjadi suatu upaya survival dalam kelompok maka pihak
management lah yang harus cepat tanggap menjernihkan situasi menjadi lebih
kondusif.
Bersosialisasi dan menjaga hubungan dengan sesama manusia memang tidak
gampang. Dengan latar belakang pendidikan dan pola pendidikan keluarga yang tidak
sama antara satu dengan yang lain memerlukan kesabaran dan kemampuan lebih
ketika struktur kerja mengharuskan kita di posisi yang selalu berhadapan dengan
banyak orang. Pola didik yang berbeda akhirnya menghasilkan berbagai jenis dan
typikal yang membutuhkan penanganan berbeda dengan tingkat pemahaman dan daya
cerna terhadap suatu ketentuan yang bertingkat pula.
Yang terpenting adalah kesadaran supaya kebenaran ‘versi saya’ tidak
menjadi solusi pragmatis yang akan menghasilkan kebenaran umum dan menjadi
dogma kelompok. Pemahaman bahwa semua orang adalah penting dan sebuah peraturan
adalah upaya untuk menyelaraskan kepentingan bersama menjadi point utama demi
keharmonisan sebuah unit/kelompok kerja. Kecermatan dan tindakan konkret dalam
penanganan suatu masalah secara cepat, akurat dan tuntas menjadi suatu
keharusan, untuk menyadarkan pentingnya bekerja sama dan bukan sekedar bekerja
bersama.
4 komentar:
tantangannya adalah bagaimana mendorong seseorang yang merasa benar sndiri menjadi berbesar jiwa untuk mengakui salah dan merubahnya. Itulah tantang sang pelatih...akan KAH??
alhamdulillah benar P Arsad, dengan memberi pengertian dan pemahaman (berharap Proses kesadaran)tetapi kalau tidak bisa maka proses berbesar hati akan terwujud sebagai imbas dari langkah penyelamatan diri karena tekanan team yang merasa dirugikan (jika masih tetap menginginkan belajar di koperasi)
artikelnya sangat bagus dan menarik, semoga bermanfaat.
suplemen glucogen
artikelnya bagus dan menarik , sukses
suplemen pelangsing badan
Posting Komentar