Setiap peristiwa akan terekam dalam pemikiran kita, membuka cetak biru
beberapa pengalaman yang pernah kita lalui, mengalirkan system pola pikir kita
untuk dikonversikan dan melahirkan tindakan, dan sebuah tindakan menghasilkan
sebuah output yang beberapa kemungkinan akan berimbas kepada sebuah akibat. Tidak
penting bagaimana penyikapan kita tetapi sejauh mana kita mempunyai refleks
pemikiran yang tepat dalam kondisi yang kadang kurang menguntungkan. Akan lebih
bijak jika kita mempunyai beberapa alternatif tindakan yang tersimpan rapi
dalam sebuah memori aktif dalam otak kita untuk mencegah beberapa kemungkinan
yang merugikan kita dan orang di sekitar kita.
Kita bisa memulai dari membiasakan berpikir simple, sederhana namun tepat
guna. Sebuah pola yang tersusun setiap saat, fleksibel ketika situasi berubah
dan tetap melatih kecerdasan syaraf tubuh kita sehingga meminimalisir setiap
bentuk penyesalan untuk perbuatan yang kita lakukan. Untuk membuat sebuah
tindak refleks kita harus membiasakan berlatih dan berlatih, belajar dari
setiap kemungkinan, tidak hanya dari pengalaman kita tetapi juga memperbaharui
kekayaan intelektual dari pengalaman orang lain. Untuk setiap pemikiran yang
kita latih akan menyusun ulang kecepatan sel tubuh dalam bereaksi dan dalam
tahap tertentu ketika kesadaran kita sudah terbiasa dengan refleks tersebut, pola
aliran refleks akan merasuk ke dalam alam bawah sadar kita. Untuk sampai ke
alam bawah sadar yang merupakan sebuah analogi kesempurnaan pola pikir, kita
juga harus menyempurnakan pemikiran kita dengan alur final dari sebuah
pemikiran yaitu sebuah tindakan, hasil realistis dari sebuah pemikiran idealis.
Pengelolaan pola pikir yang efektif merupakan senjata ampuh meminimalisir
dominannya emosi dalam setiap keputusan, menghindarkan kita dari beberapa
kemungkinan yang sering menghantui tindakan yang berujung pada penyesalan yaitu
bertindak tanpa berpikir lebih dulu. Bertindak tanpa berpikir merupakan
refleksi dari gamangnya diri kita saat menghadapi situasi yang datang secara
tiba-tiba, tidak terduga sehingga hanya akan melahirkan refleks pemikiran prematur
yang terbalut emosi.
Tidak kalah membahayakannya adalah saat kita tidak terbiasa memadukan
pola pikir sinergis, hanya mendalami dan menghayati sebuah kemungkinan teoritis
belaka. Kita terhanyut dalam estetika dan doktrin yang terhenti dalam ranah ide
dan gagasan tanpa mampu melanjutkannya dalam wilayah teknis. Berpikir tanpa
bertindak tidak hanya mencemarkan keilmiahan sebuah pemikiran, tetapi selamanya
akan memenjarakan segala mimpi kita dalam karya bisu sebuah kemungkinan.
Semua harus dipikirkan, semua harus diwujudkan. Berlatih dan belajar akan
membuat sebuah refleksi positif yang memungkinkan kita menjadi individu yang
tidak hanya berpikir atau bertindak, tetapi melahirkan sebuah upaya realistis
untuk berpikir sambil tetap berkarya yang kalau diistilahkan “Learning by doing”.
Paling tidak kita tetap berusaha mewujudkannya, menjadi pribadi yang berpola
pikir efektif, cerdas namun tetap humanis dan realistis tidak peduli berapa
juta kita melakukan kesalahan karena kita hanya membutuhkan satu kebenaran
dalam hidup ini.