Pertanyaan yang sangat sering kita temui dalam aktivitas pekerjaan atau
kehidupan kita, sebuah wacana yang kerapkali mengemuka sebagai sebuah pilihan
untuk memilih kualitas atau kuantitas. Bagai dua buah mata pedang yang sama
tajamnya dan sangat sulit untuk ditentukan yang mana dahulu yang akan kita
prioritaskan. Memberikan fokus yang setimbang tidak semudah yang kita angankan,
pada kenyataannya dalam wilayah pekerjaan hal ini sangat sulit dan kerapkali
menjadi perdebatan yang panjang.
Jika kita urai maknanya, Goetsh & Davis (1994) mendefinisikan “Kualitas
merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, layanan,
manusia, proses, lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”, sedangkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “Kualitas merupakan tingkat baik buruknya
sesuatu”. Hampir sebagian besar pakar marketing dan penjualan pernah mengatakan
bahwa "quality is a must". Dari definisi dan pendapat ahli kualitas
adalah sebuah keharusan yang harus dijaga dan ditingkatkan bila sebuah
perusahaan ingin tetap eksis dalam persaingan penjualan.
Philip Crosby (1979) “Kuantitas yaitu kesesuaian dengan jumlah yang
disyaratkan” sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kuantitas lebih
kepada banyaknya (benda dsb); jumlah (sesuatu). Meskipun lebih
menitikberatkan kepada jumlah, kuantitas memegang peranan yang tidak kalah
vital dengan kualitas. Kuantitas mengiringi target dan kemampuan memproduksi
sehingga dapat menjangkau cakupan pemasaran yang lebih luas dan ketersediaan
produk sebagai salah satu jaminan kepercayaan masyarakat.
Perdebatan dan perbedaan prioritas mengenai kualitas ataupun kuantitas
pada hakekatnya hanya terjadi di forum dan rapat-rapat koordinasi saja,
kenyataan di lapangan kita tidak hanya dituntut melahirkan salah satunya tetapi
suatu keharusan untuk memproduksi dengan kualitas tinggi dan jumlah yang
banyak. Bukan diumpamakan dengan kedua kaki kita yang bergantian memerankan
posisi di depan, tetapi kualitas dan kuantitas diharuskan berjalan sejajar dan
beriringan tanpa ada yang harus dinomerduakan.
Untuk mengurai ambiguitas tersebut mungkin ada beberapa langkah yang
harus dipersiapkan untuk membidani kelahiran keduanya secara bersamaan :
1.
Penentuan Target sebagai landasan dan acuan yang akan
didefinisikan sebagai langkah terapan, yang pasti bentuknya harus terukur dan
terdefinisi dengan jelas. Bentuk terget kuantitas merupakan bilangan yang dapat
dijadikan standar baik kualitas maupun kuantitas, contohnya terget kuantitas 5
juta unit. Sedangkan target kualitas harus didefinisikan dengan pasti tanpa ada
definisi yang membingungkan, misalkan target kualitas produk adalah warna cerah
merah tua, bungkus rapi dan bentuk lonjong simetris. Lebih baik lagi jika
standar kualitas disertai visualisasi sehingga tidak terdapat multi tafsir.
2.
Ada team khusus yang menfokuskan diri dalam bidang
kualitas dan kuantitas. Pemisahan unit ini akan lebih memudahkan kita untuk
mempertanggungjawabkan masing-masing target yang ditentukan, dengan tidak
memungkiri bahwa sangat susah untuk berkonsentrasi penuh dengan2 obyek yang
berbeda dan berlawanan. Fungsi kedua team sama yaitu menetapkan standar dan
acuan langkah kerja yang harus dilakukan secara teknis di lapangan, team
kualitas akan menghasilkan standar kerja pencapaian target kualitas, dan team produksi
akan merumuskan standar kerja pencapaian target kualitas dengan segala
ketentuan dan perencanaan yang matang.
3.
Setelah team kualitas dan kuantitas menyelesaikan proyeknya dengan acuan
target dan perencanaan realisasi dilapangan, bola estafet akan diterima oleh
team pelaksana yang bertugas mendefinisikan program dan merealisasikan capaian target
tersebut di lapangan. Team teknis ini tentu saja harus duduk bersama dalam satu
meja dengan team kualitas dan kuantitas, memahami rencana masing-masing team
dan menelaah lebih dalam secara teknis untuk diterjemahkan di lapangan. Yang perlu
digarisbawahi disini adalah team teknis harus mempunyai kata dan pemikiran yang
sepaham dengan team kualitas dan kuantitas, serta memiliki kemampuan
interpretasi untuk menterjemahkan menjadi suatu langkah kerja yang dapat
diterima di lapangan.
Saat rencana kedua team dilaksanakan bukan berarti tugas team kualitas
dan kuantitas selesai, mereka akan melakukan kontrol dan evaluasi kinerja team
teknis dan melakukan pembaharuan terhadap segala kesulitan yang terjadi di
ranah teknis. Tidak ada saling menyalahkan dan mengkambinghitamkan ketika
terjadi blunder lapangan, semua adalah team dengan bagian kerja masing-masing
dan tanggungjawab berbeda tetapi mempunyai satu misi dan kesepemahaman sama
untuk memajukan unit kerja atau perusahaan.
Memadukan kualitas dan kuantitas memang tidak mudah, namun bukan hal yang
mustahil jika kita bekerja sama, bukan hanya sekedar bekerja bersama. Kegagalan
bukanlah akhir dari sesuatu namun merupakan titik balik bagi kita untuk memulai
sesuatu yang baru dan indikasi untuk terus melakukan perbaikan. Karena kualitas dan kuantitas diciptakan bukan
untuk saling mengalahkan, tetapi untuk saling melengkapi :)
0 komentar:
Posting Komentar