Hari ini sekitar pukul 12.30 disebelah rumah terjadi kebakaran hebat yang
menghanguskan rumah beserta isinya. Bisa dibayangkan betapa paniknya masyarakat
sekitar rumah tersebut, beberapa hanya bisa berteriak minta tolong dan sebagian
lainnya mencari piranti untuk mencari air dan berusaha memadamkan api. Akhirnya
setelah hampir sebagian besar rumah habis terlalap api hujan turun dan pemadam
kebakaran datang. Gerutuan masyarakat bergemuruh, yang pertama karena telatnya
mobil pemadam kebakaran datang dan yang kedua hujan yang dianggap terlambat
dikirimkan Tuhan.
Beberapa kesimpulan yang diambil dari kejadian tersebut versi masyarakat
memang wajar tetapi di sisi lain sangat membingungkan terkait beberapa fakta
lapangan :
1.
Kebakaran terjadi pada saat pemilik rumah sedang menunaikan
ibadah shalat dzuhur di masjid. Seolah-olah menimbulkan stereotip negatif
sehingga muncul perkataan “coba kalau tadi tidak ditinggal shalat mungkin tidak
begini kejadiannya”. Hal ini membuat semakin jauh perbedaan visi agama untuk
shalat berjamaah di masjid yang bertolak
belakang dengan pola kehidupan dunia yang harus menunggu rumah sehingga tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan, khususnya dalam hal ini bisa menimbulkan
prasangka jelek bahwa shalat di masjid merupakan salah satu faktor penyebab
kebakaran tidak diketahui.
2.
Orang yang pertama kali mengetahui adanya kebakaran ‘kebetulan’
sedang tidak shalat berjamaah di masjid padahal biasanya dia rajin ke masjid,
hari itu kebetulan cucunya sedang lengket sehingga tidak memungkinkan untuk
menunaikan shalat berjamaah. Kesimpulannya menjadi sangat mudah ditebak, terbentuklah
kesimpulan pragmatis “untung tadi tidak shalat di masjid sehingga mengetahui
adanya kebakaran”.
3.
Adanya beberapa paradigma yang secara tidak langsung
mengkambinghitamkan shalat di masjid menutupi kelengahan sebagai penyebab utama
kebakaran yaitu adanya konsleting kabel kulkas yang sudah lama terjadi tetapi
tidak kunjung diperbaiki. Padahal itulah akar masalah yang sebenarnya yang
seharusnya dijadikan fokus dalam mengambil beberapa kesimpulan.
Tetapi begitulah yang terjadi, dan mungkin akan tetap begitu...kita akan
mengambil kesimpulan yang paling mudah kita fikirkan. Kesimpulan yang paling dekat
dengan fakta tanpa menyelusuri beberapa faktor yang bahkan sebenarnya menjadi
faktor utama. Mungkin Tuhan bukan mermaksud menghukum tetapi memberikan cobaan
seberapa kuat tekad kita untuk tetap menjalani kaidah agama yang dicontohkan
oleh Rasul dan ahli ulamanya walaupun secara perhitungan duniawi kita mengalami
kerugian karenanya. Semoga menjadi pelajaran bagi kita untuk menjadi ujian
keyakinan, menjadi renungan bagimkita dan semangat dan tetap istiqomah di
jalanNya.
0 komentar:
Posting Komentar