24 jam merupakan rangkaian batas waktu yang dianugerahkan Tuhan kepada
seluruh makhluk hidup di dunia ini, rangkaian tata tertib yang menandai
pergeseran hari yang memuat filosofis managerial untuk digunakan
sebaik-baiknya. Dengan berbagai paradigma kadang 24 jam mempunyai makna dan
kegunaan yang berbeda baik secara teknis maupun secara pemaknaan. Pertanyaannya
adalah bagaimana kita mengelolanya sehingga 24 jam mempunyai makna yang
beragam, universalitas effisiensinya bagi segala tindakan dan kegiatan yang
kita miliki.
Porsentase yang berbeda, kegiatan yang berbeda dan capaian aktivitas yang
tidak sama memungkinkan kita melihatnya dengan cara yang tidak sama. Semakin banyak
produktivitas dalam menjalani hari akan memaksa kita memanfaatkan setiap detik
waktu yang tersisa. Yang perlu kita pahami adalah pembagian umum dari 24 jam
yang kita miliki, harus ada bagian yang kita isi dengan istirahat, aktivitas
dan meluangkan waktu untuk tetap menjalankan ibadah. Tuhan telah mendesain
sedemikian rupa sehingga 24 jam merupakan waktu ideal yang bisa kita miliki
tiap hari. Secara sederhana sebenarnya kita membutuhkan 6 jam untuk istirahat,
1 jam untuk aktivitas ibadah dan sisanya untuk kegiatan duniawi mulai dari
bekerja, menuntut ilmu, bersantai bersama keluarga dan aktivitas lain yang kita
perlukan. Jika kita merasa tidak cukup juga maka kitalah yang harus melakukan
evaluasi dan mengatur ulang agenda hidupnya.
Managerial waktu mungkin akhirnya akan menuntut pengorbanan beberapa hal
yang kita miliki sebagai perwujudan dari adaptasi dengan waktu, prioritas
agenda dan cakupan detail dari manifestasi produktivitas yang kita miliki. Yang
perlu kita garis bawahi adalah beberapa agenda harus dipertahankan demi
stabilitas kehidupan kita seperti istirahat, ibadah, waktu untuk orang yang
kita sayangi (keluarga), dan jangan lupa meluangkan waktu untuk bersantai,
melakukan rileksasi demi keberlanjutan kekuatan tiap sel dalam tubuh kita. Walaupun
dengan berbagai pengecualian kita terkadang harus mengakui ketidakmampuan kita
sehingga mengorbankan essensi vital dengan meniadakan waktu untuk beribadah
atau memilih untuk mengurangi porsi istirahat daripada mengorbankan aktivitas
kerja dan porsi yang menunjang produktivitas kita dalam ranah sosial.
Dengan berbagai tingkat dan level berbeda dalam memahami arti kecukupan
24 jam bagi kita kita tidak akan pernah mampu merubah sehari menjadi lebih dari
24 jam. Kitalah yang harus menyesuaikan, tunduk pada aturan inisiasi waktu yang
telah digariskan. Apapun hasil dari 24 jam entah kita merasa cukup, kurang atau
bahkan kita tidak pernah tahu berlalunya hari, waktu tidak akan pernah kembali,
putaran waktu merupakan hirarki absolut yang kuasanya tidak dapat kita
hentikan. Kita yang harus mengalah, menyesuaikan dan takluk pada putaran
pusaran 24 jam.
2 komentar:
postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen
terima kasih atas infonya sangat bermanfaat.
suplemen pelangsing badan
Posting Komentar