Read more: http://matsspensix.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-judul-pada-blog-bergerak.html#ixzz274NKvLCo

Sabtu, 26 Januari 2013

Batas Mimpi



Dalam sebuah iklan terdapat ungkapan yang menarik, disebutkan bahwa ada 2 macam manusia, yang hanya bisa bermimpi dan yang berhasil hidup dalam impiannya. Dalam konteks ini mimpi ataupun impian berarti sesuatu yang di cita-citakan dari kecil atau sesuatu yang sangat ingin kita capai sebagai sebuah prestasi dalam hidup kita. Yang jadi pertanyaan seberapa banyak dari kita yang mampu hidup dalam impian kita, sesuai seperti yang kita cita-citakan, ataupun kita sampai sekarang masih bingung kenapa kita tidak mampu menggapai keinginan dan impian kita.

Keinginan atau mimpi adalah sesuatu yang sekedarnya saja, maksudnya bila tidak tercapai juga tidak apa - apa. Jika Anda bertanya ke setiap orang tentang keinginan menjadi kaya, sukses, hidup mewah mereka akan mengatakan YA saat itu juga, kemudian pertanyaan selanjutnya adalah pertanyaan "Kalau tidak jadi kaya atau sukses bagaimana" Kalau jawaban mereka "Ya tidak apa - apa mas", itulah yang disebut keinginan. Jadi tidak ada usaha lebih untuk mencapai apa yang diinginkan. Impian sama dengan cita - cita yaitu sesuatu yang betul - betul dikejar dengan segala daya dan upaya. Apapun yang terjadi harus tercapai, dengan penuh keyakinan. Itulah jawaban pertanyaan kedua kalau memang sesuatu di sebut impian mereka akan menjawab "Ya harus tercapai apapun yang terjadi berapapun harganya akan saya bayar, apapun prosesnya akan saya lalui". Sumber: http://id.shvoong.com/how-to/careers/2088896-beda-impian-mimpi-keinginan-dan/#ixzz2J5Xk1U2d

Di Indonesia pertanyaan orang tua kepada anaknya mengenai cita-cita mungkin hanya sebatas menggugurkan kewajiban untuk mengetahui apa yang diinginkan anaknya kelak. Jawaban anak yang bervariasi ingin menjadi dokter, insinyur, polisi seolah hanya menjadi kembang bibir yang dalam sekejap akan dilupakan. Maka tidak heran di negara kita seorang anak yang mempunyai cita-cita menjadi dokter setelah lulus SMU mengambil jurusan ekonomi dan akhirnya bekerja menjadi seorang marketing.

Seorang teman yang mengambil S2 di luarnegeri menceritakan betapa berbedanya peran orang tua di sana dengan di Indonesia dalam hal pengarahan mimpi dan cita-cita sang anak. Alkisah di negara orang saat anak mengucapkan cita-citanya orang tua akan mencatat dalam hati, beberapa tahun lagi anak akan ditanya kembali cita-citanya sebelum mulai lulus dari elementary school. Saat orang tua yakin akan cita-cita dan impian anaknya orang tua semenjak dini akan mengarahkan bakat, minat dan menyesuaikan kemampuan anak dengan apa yang dicita-citakan, proses pengawalan cita-cita berlangsung sampai anak benar-benar memahami keinginannya. Disana yang terpenting adalah bagaimana anak bisa meraih impian dalam menikmati hidup sampai batas anak dianggap dewasa, bukan bagaimana keinginan orang tua atau bagaimana anak mempunyai profesi yang menghasilkan banyak uang.

Dengan proses peran serta orang tua yang aktif dan mendukung pengembangan anak menghasilkan varian cita-cita yang lebih masuk akal, cita-cita anak tidak terbatas hanya pada profesi tertentu. di Jepang anak-anak lelaki itu nomor satu ingin menjadi “Atlit” dan yang perempuan ingin menjadi “tukang roti/kue”. Dan survey yang diadakan perusahaan ransel yang sudah diadakan sejak 1999, selama 14 tahun itu, cita-cita anak laki-laki itu tidak berubah untuk 3 besar, yaitu  menjadi Atlit, Polisi dan Supir. Hanya untuk perempuan 3 besarnya berubah urutan saja, tapi tetap mereka ingin menjadi pembuat roti/kue, artis dan florist.

Kita bisa membayangkan jika anak kita mempunyai cita-cita menjadi tukang roti, atlit ataupun supir, hampir bisa dipastikan kita akan tersinggung dan mengarahkan impian anak kita ke arah yang lebih bergengsi seperti dokter, direktur ataupun sederet profesi elit lainnya. Tidak heran yang terjadi adalah pemberontakan kejiwaan anak dan dalam jangka waktu yang lama menimbulkan kebimbangan dan akhirnya adalah ketidaksinkronan jalur hidup dan cita-cita atau  impian dengan kenyataan. Sudah saatnya kita mendidik anak menjadi dewasa dengan peran serta orang tua bukan sebagai decision maker, tetapi lebih kearah pengarahan dan secara bijak menanamkan keyakinan bahwa anak mampu menggapai cita-citanya.

2 komentar:

suplemen pelangsing badan mengatakan...

artikelnya bagus dan bermanfaat.
suplemen pelangsing badan

suplemen glucogen mengatakan...

postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons