Pernah melihat serial televisi anak-anak Spongebob, kartun populer yang
terinspirasi dari gabus pencuci piring yang setiap pagi selalu diputar oleh
salah satu stasiun televisi swasta. Mungkin sebagian hanya menganggap sekedar
serial kartun biasa, tetapi kalau kita pernah meluangkan waktu bersama
anak-anak untuk melihatnya sebenarnya banyak hikmah yang bisa kita ambil.
Pagi itu Spongebob menceritakan sosok Patrick yang selama ini tidak
pernah punya hidung, dia iri dan sangat ingin seperti yang lain, memiliki
hidung, mencium bau-bauan dan terlihat keren (kata Spongebob). Dalam benak
Patrick hidupnya akan sempurna jika dia berhidung, maka diupayakanlah segala
macam cara untuk mencapai impiannya. Sampai suatu ketika dengan sedikit
keajaiban tiba-tiba Patrick mempunyai hidung, kegembiraan menyeruak,
diekspresikan dengan berlari sambil berteriak kegirangan sambil
mengendus-enduskan hidungnya mencium sebanyak mungkin bau-bauan yang ada
disekitarnya.
Patrick menyengka dengan memiliki hidung hidupnya akan bahagia,
benarkah???? Ternyata sangat jauh dari harapan, kegembiraannya ternyata tidak
bertahan lama, dia mulai terganggu dengan aroma tidak sedap yang sangat
mengganggu dan menyakitkan sampai akhirnya dia membersihkan semua yang dianggap
bau tidak enak dan akhirnya menimbulkan kekacauan di seluruh kota Bikini
Bottom. Akhir cerita semua orang berusaha untuk menghilangkan hidung Patrick
dan ternyata Patrick sadar bahwa dia sudah menjadi pribadi yang sempura walaupun
tidak memiliki hidung.
Hanya sekedar film kartun biasa, tetapi makna yang disampaikan kepada
kita sungguh sangat mengena. Sebuah paradigma manusiawi yang menyiratkan betapa
gambaran tersebut sangat nyata dalam kehidupan kita. Kita mempunyai keinginan,
hasrat, pola pikir yang seolah mengharuskan kita mencapai semua yang kita
inginkan dan kita anggap terbaik bagi kita. Kita mengoreksi bentuk fisik kita,
menggerutu disana-sini tentang hidung yang kurang mancung, perut yang buncit,
badan yang tidak atletis, muka yang tidak kebule bulean, wajah yang tidak
cantik, menyesal lahir dari keluarga miskin dan segala tetek bengek lain yang
pada ujungnya secara tidak sadar kita menyalahkan Tuhan atas semua kondisi itu.
Selanjutnya bisa dipastikan kita akan berusaha memperbaiki kekurangan
kita, dan berdoa (bagi yang terbiasa dan percaya dengan doa). Jika ternyata
belum ada hasil kita mulai meningkatkan intensitas doa dengan agak memaksa,
memulai doa dengan kata “kenapa...” yang mencerminkan protes dan kekesalan kita
kepada Yang Maha Kuasa dan akhirnya semua yang kita jalani dalam pandangan kita
tidak ada yang menyenangkan dan penuh dengan kekurangan...(semoga kita bukan
termasuk dari golongan yang demikian).
Sesungguhnya banyak hal di sekitar kita yang bisa dijadikan tauladan
hidup, tidak perlu dicari dan dicermati secara serius Tuhan sudah menyediakan
pembelajaran berlimpah ybagi orang-orang yang sadar dan jeli. Bahkan jika Tuhan
mengabulkan semua keinginan kita apakah ada jaminan kita akan menjadi orang
yang bersyukur? Ataukah kita akan memulai lagi dengan doa dan keinginan baru
yang lebih tinggi lagi, siapkah mental kita dengan dikabulkannya semua yang
kita pinta, ataukah kita akan lupa dan terjerumus dengan semua kemudahan yang
kita peroleh......
Keluar dari kondisi sulit tidak mudah, tetapi bertahan dari keinginan
untuk mengelola kemudahan dan kesenangan jauh lebih sulit....
1 komentar:
postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen
Posting Komentar