Berbicara mengenai kesadaran kita harus
terlebih dahulu bersentuhan dengan subyek kesadaran yaitu manusia atau personal
sebagai pemilik kesadaran itu sendiri. Mengapa sadar...mengapa tidak sadar....
Heterogenitas mahluk yang bernama manusia dengan
segala bentuk dan keinginannya menjadikan mereka sekelompok individu yang lebih
menyerupai kelompok kepentingan yang penuh dengan imajinasi pribadi dan
berbagai skala sesuai dengan tingkat kesadaran mereka dalam masing-masing tingkatan
selaras dengan berbagai tingkat dunia emosional dan mental. Tingkat yang
menentukan mereka menyesuaikan diri dan menentukan bagaimana mereka melihat melakukan
penyikapan terhadap dunia material, dan bagaimana mereka mengalami hidup akan
menentukan hidup mereka.
Ketika kelompok manusia yang penuh dengan
perbedaan dan rasionalitas individu harus berkumpul dalam sebuah kelompok/unit yang
mengharuskan tergerusnya tingkat individu menuju ke skala terrendah, digantikan
dengan kepentingan komunal, satu tujuan dan satu kepentingan, timbul
gesekan-gesekan internal yang merupakan imbas dari penyesuaian oportunity
kesadaran dan dampak degrasasi kedirian. Efeknya mungkin tidak bisa selaras
dengan keinginan sebuah kasta management dalam unit tersebut yang memimpikan
kesadaran internal, kesadaran tanpa pemaksaan dan pengetatan peraturan.
Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan
merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua
hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara
kronologis perkembangan kesadaran manusia secara individu berlangsung pada tiga
tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual
(pengertian), secara epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia untuk
berproses adalah tahap perseptual/pemahaman yang merupakan intisari dari
kematangan untuk bereinkarnasi ke tahap yang lebih tinggi.
Jika tahap perkembangan kesadaran pribadi telah
terintegrasi, selanjutnya adalah menyatukan dan membentuk menjadi sebuah
kesadaran kolektif. Emile Durkheim dengan
kesadaran kolektif (collective consciousness). Kesadaran kolektif ini berada di
luar individu atau bersifat eksterior, namun memiliki daya penekan terhadap
individu-individu sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kesadaran kolektif
adalah suatu consensus masyarakat yang mengatur hubungan sosial di antara
anggota masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran kolektif tersebut bisa berwujud
aturan-aturan moral, aturan-aturan agama, aturan-aturan tentang baik dan buruk,
luhur dan mulia, dan sebagainya. Kesadaran kolektif juga merupakan salah satu
wujud dari fakta sosial yang berkaitan dengan moralitas bersama. Pemikiran ini
muncul berangkat dari meningkatnya pembagian kerja yang berujung dengan
terjadinya transformasi kesadaran kolektif. Pada masyarakat bersolidaritas
mekanis, kesadaran kolektif ini sangat tinggi, sedangkan pada masyarakat
solidaritas organis tidak demikian halnya http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2180255-pengertian-kesadaran-kolektif/#ixzz2DNZZgbdG
Jika kesadaran yang kita harapkan dari proses
integral individu-individu dalam suatu komunitas atau kelompok kerja tidak bisa
tercermin dalam keseharian mereka, apakah kita harus terus berdiam dan berdoa
untuk terbukanya pintu kesadaran mereka. Apakah kita harus menaikkan kompas
kesabaran dan membenamkan diri dalam ranah kognitif, mencoba berbenah dan
evaluasi internal dan mencoba memasuki relung-relung tiap individu, bergabung
dengan pemikiran mereka dan mencoba membekukan hati, hidup tenang seolah tidak
terjadi apa-apa dan berkutat dalam kalam ilahiyah.....
Harus ada tindakan konkret, nyata dan
terukur....mengapa zaman dahulu dalam sejarah Nabi-nabi selalu muncul yang
namanya mu’zizat, kelebihan dan kekuatan seorang nabi yang diluar nalar manusia, kekuatan maha
dahsyat yang membuat seorang nabi berbeda dengan manusia lainnya.?? Tuhan
memberikan mu’zizat dan kelebihan lain karena manusia saat itu tidak mau
mengikuti apa yang diajarkan Nabi dan Rasul sehingga diperlukan sesuatu yang
menimbulkan rasa takut dan pada tahap selanjutnya membuat mereka ‘mengikuti’
jalan kesadaran yang diajarkan Nabi.
Bagaimana dengan kita yang mengharapkan adanya
konsesnsus ketaatan dan tahap kesadaran dari teman-teman kita dilapangan, jika
menemui penolakan dan absolutisme internal untuk sebuah kesadaran yang datang
dari hati nurani....?????
0 komentar:
Posting Komentar