Read more: http://matsspensix.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-judul-pada-blog-bergerak.html#ixzz274NKvLCo

Senin, 26 November 2012

kesadaran butuh kepastian



Berbicara mengenai kesadaran kita harus terlebih dahulu bersentuhan dengan subyek kesadaran yaitu manusia atau personal sebagai pemilik kesadaran itu sendiri. Mengapa sadar...mengapa tidak sadar....

Heterogenitas mahluk yang bernama manusia dengan segala bentuk dan keinginannya menjadikan mereka sekelompok individu yang lebih menyerupai kelompok kepentingan yang penuh dengan imajinasi pribadi dan berbagai skala sesuai dengan tingkat kesadaran mereka dalam masing-masing tingkatan selaras dengan berbagai tingkat dunia emosional dan mental. Tingkat yang menentukan mereka menyesuaikan diri dan menentukan bagaimana mereka melihat melakukan penyikapan terhadap dunia material, dan bagaimana mereka mengalami hidup akan menentukan hidup mereka.

Ketika kelompok manusia yang penuh dengan perbedaan dan rasionalitas individu harus berkumpul dalam sebuah kelompok/unit yang mengharuskan tergerusnya tingkat individu menuju ke skala terrendah, digantikan dengan kepentingan komunal, satu tujuan dan satu kepentingan, timbul gesekan-gesekan internal yang merupakan imbas dari penyesuaian oportunity kesadaran dan dampak degrasasi kedirian. Efeknya mungkin tidak bisa selaras dengan keinginan sebuah kasta management dalam unit tersebut yang memimpikan kesadaran internal, kesadaran tanpa pemaksaan dan pengetatan peraturan.

Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia secara individu berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian), secara epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia untuk berproses adalah tahap perseptual/pemahaman yang merupakan intisari dari kematangan untuk bereinkarnasi ke tahap yang lebih tinggi.

Jika tahap perkembangan kesadaran pribadi telah terintegrasi,  selanjutnya adalah menyatukan dan membentuk menjadi sebuah kesadaran kolektif. Emile Durkheim dengan kesadaran kolektif (collective consciousness). Kesadaran kolektif ini berada di luar individu atau bersifat eksterior, namun memiliki daya penekan terhadap individu-individu sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kesadaran kolektif adalah suatu consensus masyarakat yang mengatur hubungan sosial di antara anggota masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran kolektif tersebut bisa berwujud aturan-aturan moral, aturan-aturan agama, aturan-aturan tentang baik dan buruk, luhur dan mulia, dan sebagainya. Kesadaran kolektif juga merupakan salah satu wujud dari fakta sosial yang berkaitan dengan moralitas bersama. Pemikiran ini muncul berangkat dari meningkatnya pembagian kerja yang berujung dengan terjadinya transformasi kesadaran kolektif. Pada masyarakat bersolidaritas mekanis, kesadaran kolektif ini sangat tinggi, sedangkan pada masyarakat solidaritas organis tidak demikian halnya  http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2180255-pengertian-kesadaran-kolektif/#ixzz2DNZZgbdG

Jika kesadaran yang kita harapkan dari proses integral individu-individu dalam suatu komunitas atau kelompok kerja tidak bisa tercermin dalam keseharian mereka, apakah kita harus terus berdiam dan berdoa untuk terbukanya pintu kesadaran mereka. Apakah kita harus menaikkan kompas kesabaran dan membenamkan diri dalam ranah kognitif, mencoba berbenah dan evaluasi internal dan mencoba memasuki relung-relung tiap individu, bergabung dengan pemikiran mereka dan mencoba membekukan hati, hidup tenang seolah tidak terjadi apa-apa dan berkutat dalam kalam ilahiyah.....

Harus ada tindakan konkret, nyata dan terukur....mengapa zaman dahulu dalam sejarah Nabi-nabi selalu muncul yang namanya mu’zizat, kelebihan dan kekuatan seorang nabi  yang diluar nalar manusia, kekuatan maha dahsyat yang membuat seorang nabi berbeda dengan manusia lainnya.?? Tuhan memberikan mu’zizat dan kelebihan lain karena manusia saat itu tidak mau mengikuti apa yang diajarkan Nabi dan Rasul sehingga diperlukan sesuatu yang menimbulkan rasa takut dan pada tahap selanjutnya membuat mereka ‘mengikuti’ jalan kesadaran yang diajarkan Nabi.

Bagaimana dengan kita yang mengharapkan adanya konsesnsus ketaatan dan tahap kesadaran dari teman-teman kita dilapangan, jika menemui penolakan dan absolutisme internal untuk sebuah kesadaran yang datang dari hati nurani....????? 

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons