Diakui atau tidak lembaga yang bernama Koperasi dalam perspektif awam
hanyalah organisasi tanpa visi yang dibangun sebagai pengguguran kewajiban dari
adanya sistem ekonomi kerakyatan yang dibangun oleh beberapa tokoh perjuangan,
salah satu yang paling menonjol adalah Moh. Hatta. Belum sepopuler retail
ternama walaupun hampir di setiap pelosok kota kecil terdapat koperasi dengan
beraneka jenis usaha dan sosok.
Secara umum koperasi merupakan kumpulan orang yang mempunyai kepentingan
sama untuk mendapatkan kemanfaatan lebih besar, yang secara ekonomis
dilengkapkan dengan adanya perolehan barang yang lebih murah. Jika kita
analisis lagi sejarahnya, koperasi merupakan kumpulan orang dengan kemampuan
ekonomis menengah kebawah, beruwsaha bertahan dari derasnya persaingan ekonomi,
harga yang semakin mahal sehingga mereka bergabung menjadi satu kekuatan ‘kaum
bawah’ untuk bertahan hidup. Sangat berbeda ceritanya dengan sejarah pendirian
perusahaan ekonomi sejenis semisal PT, CV atau unit usaha lain yang fundamennya
dari kekuatan ekonomi dengan skala yang lebih besar, kekuatan modal, pasar dan
dukungan profesionalitas.
Inti utama koperasi adalah orang, dengan kata lain semua anggotanya
merupakan pemilik modal yang menentukan kebijakan koperasi yang dalam
perkembangannya seiring banyaknya anggota memaksa mereka untuk menasbihkan
pengurus, badan pengawas untuk lebih konsentrasi dalam kepengurusan koperasi. Fakta
lain menyebutkan bahwa orang yang notabene diberi wewenang menggerakkan
koperasi merupakan individu yang mempunyai kesibukan diluar koperasi, alhasil
koperasi menjadi yang nomor dua dan dengan konsentrasi yang terpecah sangat
sulit mengharapkan hasil yang maksimal. Dengan kata lain kurangnya dedikasi
pengurus terhadap kelangsungan hidup koperasi. Ini berarti bahwa kepribadian
dan mental pengurus, pengawas, dan manajer belum berjiwa koperasi sehingga
masih perlu diperbaiki lagi.
Disisi lain koperasi belum menjadi
wadah perekonomian yang elit dalam kancah dunia bisnis, tidak bisa diharapkan
sebagai pegangan utama untuk menopang kehidupan sehingga tingkast kepersayaan
anggota sendiri cenderung lemah, dengan kata lain visi koperasi menjadi samar,
terbenam dalam pudarnya kepercayaan internal. Jadi sangat sulit mengharapkan
publik akan tergerak hatinya untuk mempunyai nilai kepercayaan tinggi terhadap
koperasi. Kebanggaan terhadap koperasi adalah suatu keniscayaan dengan kadar
elementer yang sangat lemah, anggota yang menjadi inti dari koperasi masih berkutat
pada pemikiran tradisional sedangkan individu yang berpandangan maju dan modern
lebih menyukai berjuang di wilayah lain daripada melayani pengabdian di
koperasi. Menurut Ace Partadiredja dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah
Mada, faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan koperasi Indonesia adalah rendahnya
tingkat kecerdasan masyarakat Indonesia. Faktor inilah yang menghambat kinerja
dan profesionalitas koperasi dengan menilik masih terbatasnya sumber daya
anggota koperasi yang memiliki ‘kecerdasan lebih’ untuk mengembangkan koperasi.
Mungkin kita masih mengharapkan cita-cita berkembangnya koperasi bersaing
dengan mall dan grosir besar, menjadi perusahaan ternama dan menguasai
perekonomian negara Indonesia tercinta. Kuncinya adalah kepedulian dan
ketekunan kita dalam mewujudkan profesionalitas, visi ke depan dan selalu berjuang
untuk mewujudkannya. Koperasi tidak boleh terlepas dari ukuran efisiensi bagi
usahanya, meskipun tujuan utamanya melayani anggota, koperasi tidak boleh
berpikiran kerdil, tradisional dan harus realistis menghadapi persaingan
global. SDM berkualitas, berpendidikan dan ikhlas diharapkan bisa menjadi ‘guardian angel’
bagi koperasi, meretas asa bersama merentang jalan terjal dan berliku untuk
menata kembali carut marut internal koperasi dengan manajemen yang profesional
serta menetapkan kaidah efektivitas dan efisiensi.
1 komentar:
postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen
Posting Komentar