“Bun, sholatnya libur” teriak anakku dari ruang tengah ketika bundanya
mengajak sholat. Mendengar celotehan dari anakku yang berumur 3 tahun istriku
tertawa mungkin tidak menyangka akan keluar jawaban seperti itu dari mulut
mungil anakku. Jawaban polos itu pun membuatku tersenyum kecil, takjub karena
tidak ada yang mengajarinya, jawaban yang mungkin hanya tersirat spontan dari cerminan
keluguan anak kecil tanpa paham makna sebenarnya. Namun jawaban sederhana itu lebih
merupakan sindiran kecil bagiku yang kadang meliburkan diri dari kegiatan
ibadah dengan alasan tertentu.
Betulkah kita tidak pernah berpikir seperti itu??? Bahwa adakalanya kita
membuat sendiri agenda pribadi yang secara tidak langsung meliburkan kewajiban
kita kepada Yang Maha Pencipta, agenda tidur sampai siang, agenda perjalanan
jauh yang membuat kita enggan berhenti sejenak untuk melaksanakan ibadah, atau
agenda harian yang mengharuskan kita terjebak kemacetan dan tidak memungkinkan
menjalankan ibadah. Kenormalan estetika kita sebagai manusia yang banyak sekali
menciptakan permakluman pribadi tanpa persetujuan yang bersangkutan (Tuhan)
kadang secara tidak sadar menempatkan kepentingan kita di atas kepentingan
report harian kepada Sang Pencipta. Kitapun mungkin kadang tidak pernah
merenungkan bahwa semakin banyak aktivitas dan kesibukan yang kita jalani pun termasuk
bagian dari cobaan Tuhan untuk menguji sepintar apa kita memanage waktu yang 24
jam untuk tetap membagi kepntingan dunia dengan kewajiban akhirat. Kitapun
jarang mengkalkulasikan bagaimana pula jika Tuhan meliburkan aktivitas jantung
kita sehingga kita tidak dapat bernafas……berabe kan jadinya.
Memang diperlukan spirit pribadi untuk menjaga konsistensi kita sebagai
makhluk yang ‘wajib lapor’, beberapa ulama besar sampai harus memaksa dirinya
sendiri. Ada yang membuat replika kuburan dengan ukuran persis sama dengan
aslinya, ketika timbul kejenuhan melaksanakan ibadah tepat waktu, direbahkan
tubuhnya di dalam ‘makam’ dan membayangkan jika saat ini meninggal dalam
keadaan belum sholat maka akan sia2 ibadahnya selama ini. Ada yang menanamkan
disiplin sesuai hadist yang artinya kurang lebih menyebutkan “carilah duniamu
seakan-akan kita akan hidup selamanya, dan kerjakanlah ibadahmu seolah-olah
kita akan mati besok”.
Sangat sulit bagi yang belum terbiasa, dan belum memahami makna ibadah
sebagai kebutuhan kita. Bahwa ibadah merupakan sisi lain dari pembinaan mental
spiritual untuk tetap berani menjalani hidup, bahwa bukan hanya jasmani yang
membutuhkan energi dengan makan dan minum, namun ruhani kita membutuhkan
kekuatan untuk tetap menjadi daya dobrak, source of spirit kita dengan ibadah
dan doa. Tidak ada salahnya memulai sekarang karena kita takkan pernah tahu
kapan kesempatan itu berakhir dan berapa banyak saldo akhir hitungan neraca kita
selama ini. Berani tidaknya meliburkan ibadah kembali lagi
kepada kita yang akan menjalani......Apakah sedemikian sibuknya kita sehingga 24 jam yang diberikan Tuhan tidak cukup sehingga kita tidak dapat menyisihkan sedikit waktu untuk sekedar mengingatNya ????
1 komentar:
artikelnya bagus dan bermanfaat.
suplemen pelangsing badan
Posting Komentar