Bicara koperasi seharusnya berbincang mengenai aspek perekonomian yang
merakyat, telaah tentang perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu
secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan
budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka
kendalikan secara demokratis. Dan seharusnya koperasi menjadi energi vital
dalam perkembangan perekonomian dengan berbagai peluang dan kemungkinan
pengembangan yang sinergis dengan kesejahteraan bersama. Koperasi seharusnya
menjadi antiteory corak liberalisme yang menjadi ancaman bagi perkembangan
usaha kecil dan menengah. Menjadi perwakilan nasib jutaan rakyat kecil yang harus
tertatih menopang penghidupannya berpacu dengan percepatan modal kalangan atas.
Berbicara tentang koperasi yang maju dan menguasai berbagai sektor
perekonomian seperti pungguk merindukan bulan. Tidak banyak yang bisa dilakukan
koperasi di dunia bisnis yang serba cepat, dengan pola perubahan yang mendadak,
kebijakan yang labil dan kerasnya roda persaingan. Koperasi bagaikan kakek tua
yang tertatih dan berjalan di tempat, berjuang untuk tetap berdiri dan berjalan
stabil. Padalah mata rantai koperasi menyebar di segala penjuru negeri ini, bak
kaki2 gurita yang seharusnya mencengkeram kuat sendi perekonomian. Fakta di
lapangan mempunyai beberapa perkiraan sebagai berikut:
1.
Visi & Misi
Tidak jelasnya misi yang diemban oleh
koperasi dan unit yang menaunginya sebagai dampak dari tidak adanya ketegasan
dalam keseriusan pengembangan misi utama koperasi sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Instansi terkait nampaknya lupa
cita-cita mulia founding father koperasi sebagai sokoguru perekonomian
Indonesia, sebagai unit kerakyatan yang mempunyai nilai industri strategis yang
menyangkut kepentingan keamanan dan hajat hidup orang banyak
2.
Otonomi
Keberadaan koperasi yang sekedar menumpang
dalam sebuah mata rantai internal sebuah instansi seolah hanya menjadi konspirasi
sekunder dengan sekat keterbatasan dengan kepatuhan struktural. Akibatnya koperasi
dan orang-orang yang terlibat aktif di dalamnya hanya memerankan fungsi
pelaksana kebijakan, penggugur kewajiban dan tidak terlibat dalam segi teknis
kebijakan untuk lebih mengakomodir perkembangan perekonomian terkini. Sementara
yang berdiri sendiri dengan organisasi yang lebih bebas dengan keterbatasan pengetahuan
dan pendidikan koperasi sangat lemah kewenangannya untuk melakukan intervensi
dan tidak dapat berbicara banyak untuk menegakkan sendi2 koperasi, akhirnya mereka hanya
memanfaatkan nama koperasi hanya sebatas papan nama ataupun berubah fungsi
menjadi unit peminjaman saja yang seolah terlepas dari prinsip-prinsip
perkoperasian.
3.
Profesionalisme
Tidak banyaknya individu yang mengelola
koperasi dengan alasan ekonomi mengakibatkan koperasi tidak mempunyai banyak
pilihan, tidak selektif dalam menjaring anggota yang dijadikan tulang punggung
roda perkoperasian. Akibatnya bisa ditebak, koperasi hanya berjalan di jalan
buntu, keterbatasan SDM mengharuskan koperasi hanya memanfaatkan sumber daya yang
ada, geliat profesionalisme dalam koperasi hanya sebatas mimpi, terhenti di
debat kusir sebuah perhelatan wacana yang bertajuk seminar.
4.
Kepercayaan Publik
Dampak yang lebih luas dari faktor
diatas dapat kita lihat kondisi koperasi sekarang, berita di media banyak
menceritakan sakitnya kondisi koperasi, matinya sebuah koperasi dan korupnya
pengurus yang berkecimpung di koperasi. Tidak bisa disalahkan jika masyarakat
hanya bisa terdiam ketika diajak bicara koperasi, krisis kepercayaan semakin
memperburuk kesehatan sebuah unit ekonomi rakyat yang berjudul koperasi. Hanya cibiran,
pandangan sebelah mata yang melengkapi opini publik terhadap keberadaan sebuah
koperasi, seakan koperasi hanya menjadi unit usaha nomor sekian, kehadirannya
hanya sebagai pelengkap dalan kancah perekonomian, sebagai x faktor yang
menjanjikan kucuran dana dari pemerintah.
Itulah gambaran koperasi, konklusinya sederhana, dengan kondisi sekarang
koperasi tidak akan bisa maju, hidup segan mati tak mau. Dibutuhkan motivator
ulung untuk menghidupkan kembali jiwa koperasi, diperlukan semangat muda dan
profesionalisme tanpa batas untuk membangkitkan koperasi. Bukan ini yang
diinginkan Bung Hatta, tetapi inilah serpihan dari fakta nyata koperasi......