Jika Sudah Benar Mengapa Harus Diperbaiki ???
Benar atau kebenaran sering didefinisikan dengan bentukan absolut yang
berdimensi obyektif, kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyek;
sesuai sebagaimana adanya (seharusnya); betul; tidak salah. Bukan berarti bahwa
‘benar’ adalah sebuah hasil akhir karena kebenaran mempunyai banyak wajah, muka
yang bertolak belakang dan subyektifitas yang kian membumi. Kita bisa
mengetahui arti ‘benar’ jika ada yang salah, jika ada obyek yang bisa dirasakan
indera atau ketika timbul kesepakatan publik tentang suatu kebenaran.
‘Benar’ adalah sesuatu yang indah, jika kita mendekat dan melekat pada istilah
ini kita bisa menjelma menjadi pribadi yang disukai, sosok terpuji ataupun ketika
kita selalu benar terciptalah insan dengan pandangan ‘bebas dari kesalahan’. Selalu
benar merupakan ujian, cobaan karena semakin sering kita benar semakin dekat
dengan jurang kesombongan, kengkuhan dan mengikis keinginan untuk selalu
melakukan koreksi, evaluasi.
Karena kebenaran tidak hanya satu, bukan nilai yang seutuhnya obyektif,
bermetamorfosis dan melekat dengan pengguna kebenaran maka kebenaran terbentuk
menjadi sosok yang sangat labil, emosional dan terbentuk menjadi serpihan kecil
yang bisa dimiliki semua orang. Jika kita terbiasa dengan kebenaran maka kita
akan mencari kesalahan, paling tidak kita akan menetapkan standar benar yang
terkadang harus mengorbankan kebenaran yang lain.
Multi makna dari kebenaran tak jarang mengharuskan orang menginginkan
kebenaran, mengais kepingan kebenaran atas nama kebijakan sosial, atas nama
pertemanan dan subyektivitas kelompok. Intailah kebenaran dari banyak sisi, dari
banyak kepala yang menetapkan hukum kebenaran dan sengan nilai kemanfaatan yang
tercipta, seberapa banyak kambing hitam yang harus tercipta karena kebenaran
yang kita inginkan. Maknailah kebenaran dengan mencari sebanyak-banyaknya
varian ‘benar’, bagaimana jika kebenaran yang kita yakini berbenturan dengan
keyakinan orang lain yang tidak bisa dikatakan ‘salah’.
Kebenaran akan selalu berubah dan terimajinasi banyak kreasi, tidak
konstan dan tidak satu. Mungkin saat ini ketika membuat solusi A semua
mengatakan benar, tetapi 1 tahun mendatang solusi tersebut dianggap usang dan
muncul teori B. Teori A akan dianggap bukan sebuah kebenaran karena khalayak
menetapkan solusi B yang benar saat ini. Itulah kebenaran, sangat tergantung
dari siapa yang memaknai dan decision maker, siapa yang berkuasa dan berapa
orang yang setuju.
Kebenaran lebih merupakan pertarungan logika, interpretasi dari banyak
sebab da dimensi tak berujung yang penuh potensi. Selalu beradaptasi dan memperbaiki
yang kita anggap benar akan lebih efektif, lupakan kaidah lama bahwa yang perlu
diperbaiki adalah kesalahan. Seorang clining service dipekerjakan untuk
menunggu lantai menjadi kotor, tetapi mencegah lantai menjadi kotor. Seorang manusia
terpuji tidak akan menunggu sebuah kesalahan, bahkan sesuatu yang benar pun
akan selalu dikoreksi untuk mendapatkan hakikat kebenaran yang lebih
berkualitas. Ketika kebenaran menjadi expired perlu kebenaran lain yang mengisi
perannya, Memperbaiki yang sudah benar, dan
memperbaiki yang belum benar merupakan solusi interaktif untuk mereduksi
sebanyak mungkin potensi kesalahan.
1 komentar:
postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen pelangsing badan
Posting Komentar