Bertemu beberapa teman secara berkala dan di waktu yang berbeda tanpa
suatu rencana dan terjadi begitu saja menimbulkan kesan tersendiri, kadang
teringat masa lalu, menghapus rasa penasaran dan menjawab beberapa pertanyaan
karena lama tidak bertemu. Waktu dan usia memang hebat mampu merubah sosok yang
dahulu pendiam menjadi lebih agresif, meredamkan kenakalan masa kecil dan
membuat perubahan menjadi lebih nyata. Walaupun kadang perubahan itu terlihat
anomali dan ambigu bagi beberapa orang dengan karakter khusus sewaktu masih
muda.
Beberapa prediksi memang mendekati kenyataan tetapi pada kenyataannya
banyak yang keluar dari jalurnya. Orang yang secara akademis berada dalam
kelompok ‘pintar’, ‘baik’ ternyata kurang begitu lihai menempatkan diri dalam
tatanan masyarakat dan terkesan pasif menyambut bola liar persaingan. Hasilnya teman
yang berada di kategori ini kehidupannya cenderung statis kurang sukses dan
hanya menempati level pekerja, bekerja untuk orang lain atau bekerja dalam
tekanan atasan. Sementara orang yang kukenal ‘bandel’, kata orang ‘nakal’ dan
menempati posisi menengah ke bawah dalam hirarki akademis menjelma menjadi
sosok dinamis, agresif dan menempati kelas menggiurkan dalam strata kehidupan
di alam nyata sekarang. Walaupun tidak mengingkari kenyataan bada beberapa yang
sesuai dengan pola yang seharusnya, yang pintar sukses dan yang ‘bodoh’ berada
dalam posisi sulit, namun persentasi pintar dan berhasil sangat sedikit dan
itupun didukung faktor dominan beberapa kerabat yang menempati posisi
strategis.
Ada yang salah dengan pola pemikiran yang didoktrinkan kepada kita, bahwa
jadi orang baik, ‘manut’ taat, dan konsisten di jalan yang lurus merupakan
jalan menuju sukses??? Sepertinya sia-sia teguran, kemarahan orang tua ketika
nilai anaknya tidak sebaik yang diharapkan dan jurus-jurus sakti menghadapi
kehidupan dengan jujur, nrimo, belajar tekun dan menghindari kelompok yang
kurang baik jika terbentur kenyataan di lapangan. Mungkin terlalu berlebihan
ketika kita sebagai orang tua mengharuskan anak kita mendapat nilai 10,
mewajibkan paket les dan kursus, mengeryitkan dahi saat anak pulang belepotan
kotoran, dan memaksakan belajar di sekolah
unggulan kalau ternyata hanya membuat anak kita takut, pura-pura jadi seperti
yang kita inginkan dan memberontak jika saatnya tepat.
Nampaknya kita sebagai orang tua harus meredefinisi ulang tuntutan
prestasi yang kita inginkan terhadap anak kita, tidak perlu menjadi orang yang
komplet, harus baik, pintar, dan segala tetek bengek keindahan yang kita
tawarkan untuk menjadi apa yang kita inginkan, biarlah mereka berkembang menjadi
pribadi alami, biarlah mereka belajar di universitas kehidupan dan kenyataan
untuk menjadi insan yang kuat dan mampu beradaptasi dengan liku hidup yang
sangat labil, sudah saatnya anak-anak kita belajar bersosialisasi, mengukur
ketangguhan mereka sendiri dan membebaskan diri mereka dari ‘yang kita inginkan’,
kita hanya melakukan kontrol dan menjadi wasit yang adil ketika terjadi potensi
kesalahan dan indikasi keluar jalur yang benar. Memberi contoh dan berusaha
menjelaskan apa yang terjadi ketika harus menegur mereka, berusaha mengerti
pemikiran mereka dan memposisikan sebagai sosok yang dihargai, bukan ditakuti
atau sosok mengerikan bagi anak kita tercinta.
1 komentar:
terima kasih atas infonya sangat bermanfaat.
suplemen pelangsing badan
Posting Komentar