Pemimpin
adalah penentu, seorang yang dianggap mempunyai kelebihan untuk mengatur
bawahannya, menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas :
“Kepemimpinan adalah
proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.[1] Caraalamiah mempelajari
kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti
pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.[2] Dalam hubungan ini sang ahli
diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.[2]”
Walaupun banyak sekali teori kepemimpinan yang ada, secara umum pemimpin
yang baik adalah yang dapat diterima oleh diterima bawahannya, baik secara
struktural maupun secara kultural. Saat bawahan merasa nyaman dalam bekerja,
berkarya dan melakukan komunikasi dengan sesama karyawan ataupun dengan atasan,
menikmati pekerjaan dan tidak terbelenggu sekat struktural untuk
mengembangkankan potensi dirinya. Dalam beberapa teori seorang pemimpin tidak
hanya berperan sebagai ‘Bos’ di kantor atau institusinya tetapi mampu memerankan
fungsi kultur sebagai orang tua yang baik, kakak yang bersahaja dan sahabat
yang menenangkan ketika bawahan sedang ‘gegana’
(gelisah, galau dan merana).
Dalam beberapa kasus pemimpin pemimpin yang baik memerankan posisi di dua
dunia (struktur dan kultur) harus memulainya dengan sangat berat,
konsekuensinya tidak hanya meluangkan waktu kerja bahkan terkadang harus pandai
membagi waktu pribadi/privasinya karena persoalan datang selama 24 jam. Tidak hanya
harus menenangkan unit kerjanya, anak istri pun harus diberi pengertian supaya
lebih bijak dalam memahami proses kepemimpinan sang suami. Pemimpin yang
bertype seperti ini terkonstruk dalam tempaan yang multi proses, paket lengkap
yang tentu saja tidak terbina hanya dalam hitungan jam atau hari, tidak jarang
menghabiskan separuh hidupnya sebagai pemimpin untuk mendapatkan ‘feel’nya. Tolak
ukur keberhasilan memang susah paling tidak anak buah, bawahan ataupun rekan
kerja akan melakukan penghormatan secara tulus, tidak peduli ketika sang
pemimpin secara struktural tidak menjadi pemimpin, mereka tetap menganggap anda
sebagai pimpinannya, ketika sang pemimpin menuai kesulitan, mereka secara
otomatis aliran kepedulian akan datang melalui aura empaty yang luar biasa
dengan nafas ketulusan. Yang pasti pemimpin yang demikian memiliki kharisma dan
effektif dalam menjalankan perannya sebagai pengayom.
Bagaimana dengan visi ke depan dari seorang pemimpin??? Jika mencermati
paparan di atas hanya visi pribadi seorang pemimpin yang nampak, seseorang
tidak mungkin selamanya akan mnjadi seorang pemimpin baik secara struktur
maupun kultur. Secara struktural ada yang namanya masa kerja, rotasi, kejenuhan
intelektual maupun perkembangan dan perubahan dalam suatu institusi yang tidak
memungkinkan seseorang seumur hidupnya menempati posisi yang sama tanpa
tergantikan. Disinilah kejelian seorang pimpinan untuk legowo dan memahami bahwa
efektifitas kepemimpinannya tidak akan selamanya, suatu saat harus ada yang
menggantikannya. Jika pemimpin yang baik mempunyai visi mengedepankan pencitraan
pribadi, pemimpin yang berhasil mempunyai langkah lebih smart, membina dan
menyiapkan pribadi yang mampu meneruskan dan mengemban visi kepemimpinannya, dengan
kata lain menyiapkan orang yang akan menggantikannya kelak jika dia tidak
memimpin lagi.
Hal itu tidak mudah karena kita tidak bisa memilih anak buah kita, atau
menentukan hanya yang terbaiklah yang menjadi bawahan kita, justru disinilah
kegeniusan seorang pemimpin diuji untuk mengolah semua sumberdaya yang ada dari
zero menjadi hero. Kecerdikan ini merupakan deskripsi dari kemampuan seorang
pemimpin merangkai dan memahami bawahan secara makro, jeli memilih dan memilah,
berperan dalan pengembangan bakat seseorang dan menciptakan keajaiban dari
kesederhanaan. Pola pembinaan dan pengenalan ke karyawan yang lain atau
menciptakan citra dari seseorang yang akan menjadi penggantinya pun harus
dilakukan secara bertahap, dengan timing yang jelas sehingga yang lain akan
menangkap itu sebagai sebuah kesan alami dan wajar dengan disertai beberapa
case pelimpahan decision makers. Pengawalan ini akan terus berlanjut sampai
kita merasa yakin dan calon penerus dianggap mampu kita lepaskan.
Seorang pimpinan yang berhasil adalah yang bisa mencetak
pemimpin-pemimpin handal, bukan hanya menjadi pemimpin yang disegani dan
dihargai tetapi mampu menjadikan orang lain berhasil seperti dirinya. Bukan hanya
mampu bertahan di celah sempit struktural, namun mampu merambah sekat kultural,
bukan hanya dihormati anak buah, tetapi juga disegani pemimpin lain. Bukan bermain
di level egoisme individu, tetapi melebur dalam ranah sosial, team work dan
memahatkan namanya di level low, medium sampai high level sebagai pribadi yang
berkualitas..........
0 komentar:
Posting Komentar