Berhentilah sejenak untuk menghela nafas dan
menyelaraskan jiwa dan raga dari beban berat dan beban kerja...
Berhentilah sesaat untuk sekedar melihat
sekitar kita, menyadari posisi terbaik kita dan memicingkan mata kalau ada
teman dan saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita....
Berhentilah beberapa detik, untuk menengok
ke belakang dan memeriksa kembali jejak yang telah kita tapakkan....
Berhentilah dan lemaskan otot kaki kita,
karena kita terus berlari kadang tidak akan pernah mendengar betapa anggota
tubuh kita berteriak dan melolong karena capek yang mendera sekujur tubuh.
Begitulah kita, manusia yang mempunyai ambisi, kemauan dan keinginan yang
kuat, terkadang hanya mengejar dan berlari, semata-mata hanya melihat di depan
kita dan berusaha mengejar dengan sekuat tenaga. Kadang pemberhentian kita
lakukan hanya karena kita memang harus berhenti secara paksa, karena keadaan
tidak memungkinkan atau karena raga kita tidak kuat menahan beban egoisme kita
yang terobsesi sesuatu sehingga kita meresa sakit.
Secara teoritis mungkin kita bisa, mampu dan sanggup berlari sepanjang
waktu tanpa kenal lelah, menafikkan rasa lelah dan capek, menghitung angka
kemungkinan dan merenggut kesempatan yang terpampang, tetapi jangan lupa bahwa
kita terdiri dari kesatuan jiwa dan raga yang menuntut perlakuan yang sama
untuk diperhatikan, dirawat dan direhatkan. Akan lebih bijak jika kita
menyelaraskan segala keinginan, nafsu dan ego kita dengan kemampuan jasmani dan
rohaniah kita. Percaya bahwa kedua bentuk system kita yang kadang tidak selaras
ini mampu menyatukan segala visi kita ketika kita sedikit mereduksi laju
pergerakan dan sejenak merebahkan badan dan fikiran kita.
Memadukan energi, fisik, kecerdikan dan kecerdasan dalam memahami situasi
lebih bermanfaat daripada sekedar berlari dan berlari, mungkin ada banyak
kesempatan yang hadir untuk membantu keinginan kita. Mungkin ada anomali yang
terlewatkan sehingga kita tidak kunjung mendapatkan yang kita inginkan, atau
bahkan jalan yang kita tempuh terlalu berliku untuk kita hadapi. Butuh kejelian
intelektual untuk menyadari bahwa kita memerlukan jalan yang lain, perspektif alternatif
yang lebih bisa melegakan kesadaran dan kesenjangan teritorial paradigma kita.
Dengan berlari kita tidak bisa melihat sekeliling dengan jelas, kita
melewatkan keindahan dan keselarasan alam dan semua yang ada di sekeliling. Berlarilah
terus sampai tubuh kita melakukan pemaksaan dan penolakan, sampai otak kita
terbelit dan kesemuanya terasa sangat menyiksa. Berlarilah terus sampai rasa
frustasi menyergap segala kesadaran kita. Teruslah berlari meliarkan segala stigma
dan legam paranoid yang kita miliki, sampai teman dan saudara kita terpental
karena tidak bisa mengikuti kemauan kita. Berlarilah sampai segala kearifan dan
kemanusiaan kita terpuruk sampai titik nadir.
Tetapi akan lebih bijak jika kita berhenti sesaat......
1 komentar:
postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen
Posting Komentar