Hari yang sangat sibuk dan membuat penat sekujur tubuh dalam suatu
kegiatan sekumpulan keluarga besar membuat aku mengambil keputusan untuk
sejenak rehat sambil menonton sebuah acara televisi. Beberapa keponakan
ternyata sudah berderet rapi di depan televisi jadi aku hanya memandang dari
kejauhan, Sayup terdengar celoteh mereka membaca tulisan di bawah layar kaca “Don’t
try at home..” kata seorang anak membaca tulisan tersebut, “apa artinya bu?”
tanyanya kepada ibunya. Ibunya menjawab “artinya tidak boleh dicoba dirumah nak”.
“Berarti boleh dicoba di sekolah ya” dengan lugu anaknya berkomentar. Aku hanya
tersenyum mendengarnya, boleh juga pemikiran anak itu.....
Demikianlah beberapa rancang bangun media televisi dalam mencoba memilah,
memperingatkan dan memberi arahan kepada penontonnya dengan memberi istilah
seperti BO, SU, D. Sayangnya terkadang istilah tersebut kurang dipahami sebagai
media peringatan, tak lebih hanya sekedar hiasan kecil di pojok atas yang lebih
sering diabaikan. Terlebih lagi untuk penayangan yang hanya dilakukan oleh
profesional dengan peringatan “Don’t try at home” yang bagi sebagian penonton
bahkan tidak tahu artinya, padahal itu adalah signal serius dan berpotensi
membahayakan jika ditiru tanpa pengawasan ahlinya.
Sepele namun dapat berakibat serius, terlebih pemberitaan televisi marak
menayangkan adegan kekerasan, pembunuhan, pencurian, pemerkosaan yang level
penontonnya tidak bisa dipilah hanya dengan onggokan istilah di layar televisi.
Kita hanya bisa terperangah melihat kejadian seorang anak merampas HP temannya
dan ketika ditangkap dia mengaku meniru adegan layar kaca, anak kecil yang
memainkan pisau dan berkomentar dengan enteng “pengen mencoba kaya di acara
sulap kemarin“. Bagaimana jika peringatan dirubah dengan bahasa Indonesia saja,
misalkan “Jangan dicoba di rumah tanpa pengawasan ahlinya”, “tidak untuk ditiru”
atau “adegan membahayakan jangan dilakukan sendiri”. Demikian juga dengan
peristilahan yang ditampilkan mungkin perlu mendapat perhatian lebih dari orang
tua untuk menerangkan kepada buah hatinya maksud dari istilah tersebut dan
pendidikan yang cukup sehingga anak memiliki kesadaran untuk mematuhi tanpa
harus selalu diawasi. Yang pasti peringatan tersebut harus padat berisi dan
jelas, jangan multi tafsir atau berkesan ambigu.
Beberapa stasiun swasta memang sudah menampilkan peringatan berbahasa
Indonesia dengan kadar persentase yang sangat minim dan rasanya belum cukup
dengan semakin banyaknya acara televisi yang berpotensi ditiru serta
kecenderungan anak sekarang yang lebih suka menenggelamkan waktunya dengan menonton
acara televisi dan kedua orang tua yang banyak menghabiskan waktu dengan
pekerjaan. Don’t try at home...waspadalah terhadap perilaku anak yang senang
mencoba....
2 komentar:
postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen
terima kasih atas infonya sangat bermanfaat.
suplemen pelangsing badan
Posting Komentar