Dulu waktu
masih tinggal di sekitar kampus salah satu rutinitas habis maghrib adalah
kongkow bareng mahasiswa di sebuah warung bubur kajang ijo, menyantap cemilan
dan berbagai jajanan yang disajikan. Suatu ketika ada kabar menghebohkan
mengenai video yang menceritakan suara-suara aneh di bawah tanah yang katanya
disinyalir seperti suara siksaan alam kubur, kami semua penasaran dan
dibentuklah team pencari/seekers yang bertugas menghadirkan film tersebut untuk
ditonton ramai-ramai. Saat yang dinanti2 tiba, salah seorang sukses mengcopynya
di computer milik temannya yang masih satu kost kostan. Berombongan kami ke
kost tersebut layaknya gerombolan bermotor yang menyantroni target dalam sebuah
perumahan. Sesampainya disana kami duduk rapi menunggu penayangannya, dan
memang benar-benar menyeramkan apalagi beberapa dari kami mewakili generasi
muda yang mengedepankan kebebasan, bebas menentukan jam tidur, bebas tidak
mandi, bebeas tidak sholat dan lain-lain.
Alkisah setelah
selesai kami pulang dengan tenang tanpa menimbulkan kegaduhan dan kekacauan,
kembali ke tempat biasa mangkal sambil meneruskan minum kopi dan cerita ngalor
ngidul sampai malam menjelang pagi. Esok harinya di jadwal dan gelombang yang
sama pertemuan kembali dilakukan, setelah membahas film kemarin tiba-tiba gelak
tawa membuncah, rupanya dari beberapa orang yang ikut rombongan pasca menonton
tayangan kemarin mendapat hidayah dan langsung sholat, alasannya sederhana,
takut mati dan disiksa seperti di film. Suasana menjadi riuh, yang lain
mengejek dan yang mendadak sholat nampak menahan malu karena perubahan yang
tiba-tiba dan nampak janggal di mata temannya.
Meskipun efeknya
singkat dan timing yang pendek nyatanya kita harus menyadari dan mengakui bahwa
kita masih mempunyai ketakutan akut terhadap kematian. Takut disiksa seperti
yang selama ini dinubuatkan oleh hampir semua agama terhadap kaumnya yang tidak
mengikuti aturan, ketakutan alami yang datang dari hati kecil kita yang secara
sadar mafhum bahwa tuannya tidak pernah menjalankan ibadah layaknya umat
beragama yang taat. Bagi banyak orang walaupun hati sudah diniatkan dan
dorongan perubahan sudah dicanangkan, mental masih belum siap untuk perubahan
tersebut. Orang yang terbiasa tidak sholat akan merasa malu terhadap orang si sekitarnya
jika tiba-tiba dia rajin ke masjid, pasti ada komentar yang kurang enak, yang
tobatlah, lagi tidak sadar lah atau kata-kata yang mungkin memerahkan telinga
kita.
Bagaimana kita
meyikapinya???? Semua terserah kita, bagi saya semua perubahan memang tidak
enak, terkesan sulit merubah kebiasaan, ataupun kita selalu merasa kurang siap
dan masih menunggu saat yang tepat. Kalaupun kita masih bimbang yang pasti
selama masih ada kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik tetaplah berubah. Mungkin
kita perlu media pendukung untuk menguatkan mainstream keyakinan kita, mencari
teman yang tepat, media sosial yang membangun, kisah yang menginspirasi, film
yang membuka mata kita, yang pasti seperti kata pepatah banyak jalan menuju
Roma. Pasti bergelombang dan penuh dengan gejolak (live is never flat), tarik
menarik antara hitam dan putih, tuntutan sosial yang terkejut melihat perubahan
dan kerikuhan marginal dengan side effect sangat tidak nyaman. Teruslah berusaha,
layaknya keyakinan perubahan juga butuh kekuatan dan kemantapan hati.........
1 komentar:
terima kasih atas infonya sangat bermanfaat.
suplemen pelangsing badan
Posting Komentar