Perkembangan pesat dari teknnologi informasi, internet dan berbagai media
sosial menjadi sebuah catatan penting yang menandai kebangkitan masyarakat untuk
bersosialisasi via dunia maya. Hampir semua kalangan telah mengenal jejaring
sosial, akrab dengan chatting dan secara tidak langsung juga menaikkan ratting
salah satu kata yang populer dengan perkembangan jejaring sosial salah satunya
adalah like/dislike. Like/dislike layaknya artis populer yang terintegrasi
dalam sebuah jejaring sosial tidak hanya sekedar penghias saja bahkan menjadi
bagian penting, begitu vitalnya dan begitu banyaknya person yang memanfaatkan
kata itu sehingga sebuah pengembang virus tertarik dan menggunakannya sebagai
mediator untuk penyebarannya.
‘Like’ sebuah kata yang mewakili perasaan suka/setuju/senang kepada
sesuatu yang kita yakini benar dan sesuai dengan semua yang berhubungan dengan
kita, bertolak belakang dengan itu jika kita merasa tidak suka, benci, tidak
setuju maka kita akan mengatakan tidak suka/’dislike’. Semudah itulah jika kita
berkutat dalam dunia maya, tinggal klik ‘like’ atau ‘dislike’ maka semuanya
selesai sesuai dengan keinginan kita. Dalam dunia yang tercipta dari rajutan
teknologi simetris dan maya semua mungkin terjadi, seolah-olah semua urusan dan
keinginan dengan gampang diselesaikan dengan satu tombol saja.
Akan menjadi sebuah konflik serius jika peradaban dan kebudayaan alam
teknologi ini kita seret ke dalam kancah kehidupan nyata, yang tidak hanya kita
lihat dalam layar persegi tetapi sebuah kenyataan yang pada hakekatnya lebih
rumit dan harus banyak pertimbangan yang termaktub didalamnya. ‘Like/dislike’ dalam
dunia nyata merupakan konspirasi integral dengan bumbu kemanusiaan dan perasaan
dalam sebuah media bernama ‘subyektifitas’. Side effect dari ‘like/dislike’
sangat tidak terprediksi, mungkin hanya dimaknai secara simple, sebatas
guyonan, percakapan ringan sambil minum kopi biasa yang cepat menguap dan
hilang ketika keluar dari mulut kita. Tetapi dalam dimensi yang lebih luas lagi
‘like/dislike’ bisa ditafsirkan sebagai sebuah ketidakadilan yang menyebabkan
hancurnya sebuah tatanan dari nilai-nilai obyektifitas, semua tergantung dari ‘bobot’
pembicara yang melontarkan ‘like/dislike’ tersebut.
‘Like/dislike’ tidak bisa dipungkiri mewakili semua perasaan kita
terhadap cara pandang dan penilaian kita terhadap sesuatu di dunia ini. Perlu kedewasaan
dan telaah lebih dalam dalam mengaplikasikan kata tersebut, kadang butuh
pengorbanan dan keberanian dlaam menghadapi efek yang ditimbulkannya karena
keputusan apa yang akan kita putuskan biasanya melalui proses pemilihan yang
rumit. Keputusan penting dalam hidup kita mulai dari pemilihan sekolah, teman,
pasangan hidup, pekerjaan, dan semua yang kita dapatkan hari ini mungkin
merupakan hasil dari ‘like/dislike’ yang kita terjemahkan sebagai sebuah
keputusan tepat versi kita.sepanjang masih berkaitan dengan privasi internal
semuanya terserah kita, yang harus ditimbang ulang ketika kita terkoneksi
dengan kesimpulan ‘like/dislike’ adalah ketika harus berhubungan dengan orang
lain ataupun bahkan berkaitan dengan nasib orang banyak. Jangan sampai
kesederhanaan kata’like/dislike’ yang kita lontarkan lebih berfungsi sebagai keputusan
sang pengadil yang menghancurkan orang lain.
Begitu mudah namun begitu sulit ketika kita berada di posisi yang kurang
menguntungkan, suka.....tidak suka....seperti pisau bermata dua yang siap
memahat penilaian orang terhadap kita. Penggunaan dengan bijaksana atas nama
profesionalisme dan obyektifitas membuka
ruang gerak lebih luas dan lebih terpola dalam celah keputusan yang kita
lontarkan. Harus dipastikan bias kelabu dari sisi ambiguitas yang kadang tidak terlihat,
tidak terprediksi dan tidak terpantau dalam radar kesadaran kita, ribuan kali ‘like/dislike’
dalam alam virtual yang tidak mempunyai kesanggupan taktis integral akan
terpendar ketika kita hujamkan dalam alam kehidupan. Mudahnya bilang ‘like/dislike’
bisa membunuh kreativitas rekan kita, sangat tajam setajam silet..... waspadalah.....
1 komentar:
terima kasih atas infonya sangat bermanfaat.
suplemen pelangsing badan
Posting Komentar