Melihat si buah hati tidur tenang, pulas dengan raut wajah tanpa dosa dan
gurat innocent yang terpendar dari wajahnya seolah obat mujarab yang
menghembuskan angin surga, melunturkan rasa capek dan penat yang mendera raga
ini seharian. Samar memori ini perlahan bergerak mundur ke belakang ke arah 3
tahun yang lampau, saat dimana istri tercinta dengan perut yang terorganisir
rapi membentuk design busur setengah lingkaran sebagai keindahan proporsional dari Yang Maha Kuasa, istana nyaman bagi jabang
bayiku terbaring lemah di ranjang sebuah rumah bersalin menunggu waktu yang
tepat untuk menunjukkan dunia baru bagi calon anakku.
Waktu menunjukkan pukul 19.00 ketika aku bergegas ke tempat bersalin
untuk menemui istriku (kebetulan pekerjaan mengharuskan aku tinggal di luar
kota). Raut cemas dan gugup, debar dada yang mengencang melebur menjadi satu
kesatuan yang mengisyaratkan jiwaku sedang dalam masa pancaroba yang
menegangkan menunggu detik-detik metamorfosis dari seorang suami menjadi sosok
ayah bagi calon anakku.tempat duduk yang nyaman seolah dipenuhi onak dan duri, tidak
nyaman untuk diduduki, bumi tempat berpijak serasa penuh gelombang yang tidak
memperbolehkan diriku berdiri dengan tenang, dan detak jantung memainkan irama
musik rock yang membuat nafas ini terengah tanpa sebab yang pasti.sampai saat
itu tiba ketika bidan menyebutkan angka pembuka atau istilahnya bukakan 9 dan
itulah waktu ketika pintu dimensi alam rahim terkuak dan menjadi tanda bagi
jabang bayi untuk memulai era baru menjadi seorang manusia.
Menemani dan memegang tangan istriku ketika memulai pengorbanan tanpa
kenal lelah, membuncahkan semua kekuatan fisik dan melepaskan energi dari
segenap milimeter pori pori tubuh, berjuang demi kenyamanan keluarnya buah hati
seolah mengecilkan peran seorang laki-laki yang hanya bisa terdiam memandang
tidak berdaya, seolah hanya mampu mengisi peran menjadi saksi bisu perjuangan
seorang wanita mentranformasi anaknya ke dunia ini. Dan ketika saatnya tiba, suara
tangis bayi memecah keheningan, seolah meledakkan isi dada menghamburkan segala
ketegangan, kecemasan dan penantian panjang selama 9 bulan lebih. Aku hanya
terdiam, ‘Aku menjadi Ayah” batinku, hanya bisa tercenung dan mengucap syukur.
Setelah 3 tahun anaku tumbuh menjadi sosok yang mewakili emosi dan menguras semua kisi kehidupan yang kami
punyai, menyerap dengan cepat semua rasa senang, marah, kasihan dan menjadi
bagian tidak terpisahkan dalam kebersamaan. Kadang emosi bergejolak ketika sang
anak memperlihatkan kenakalan alami dari perkembangan fisik dan mental seorang
bocah. Emosi..... ya pasti bahkan kadang sangat menjengkelkan dan membuat
kemarahan yang sangat luar biasa, tetapi itulah sosok malaikat kecil yang
dianugerahkan Tuhan kepada kami.
Seorang kawan menyebutkan anak adalah anugerah sekaligus musibah bagi
orang tuanya, anugerah ketika kita berhasil mendidik dan tumbuh menjadi
kebanggan orang tua dan menjadi musibah ketika anak terjerumus dan mencoreng nama
keluarga. Apapun itu bagiku anak adalah salah satu media Tuhan untuk menilai
seberapa banyak kita bisa mengambil hikmah dalam proses pendidikan dan
pengawalan sampai menjadi dewasa. Anak adalah proses perulangan gambaran masa
kecil kita, seolah merupakan transkrip ulangan yang memberitahu kita bagaimana
dahulu kita ketika masih kecil, hikmah tersurat yang mengingatkan kepada kita
betapa besar pengorbanan orang tua saat membesarkan kita.
Malaikat kecil tanpa sayap yang diutus dan dititipkan Tuhan sebagai
pelengkap kebahagiaan, itulah istilah yang kusematkan kepada anak kami, salah
satu metode sederhana bagi kami untuk selalu mengingatkan betapa besar tanggung
jawab yang harus diemban dalam mempersiapkan anak kami untuk menyusuri setiap
jengkal kahidupannya sampai saatnya tumbuh menjadi dewasa. Mediasi internal
untuk selalu mengingatkan tiap helai pakaian, tiap suap yang kami berikan dan
tiap patah kata yang kami bisikkan supaya menjadi berkah dan tidak dikotori
dengan kepingan aura negatif dari sumber yang tidak halal menurut agama.
Mungkin rumah kita bukanlah istana layaknya cerita pangeran dan
kerajaannya yang megah, jalan hidupmu tidak seindah kisah sinetron di televisi,
makanan yang kami sajikan tidak selezat masakan cheff restoran terkenal dan
baju yang kami pakaikan tidak bagus polesan design terkenal. Tetapi kami punya
cinta dan kasih sayang yang kami berikan tulus kepadamu, doa yang senantiasa
kami panjatkan setiap saat demi keberhasilanmu, dan semua yang bisa kami
berikan tidak pernah kami perhitungkan, kami ikhlas dalam setiap tetes keringat
yang kami keluarkan untuk memastikan dirimu tumbuh menjadi pribadi yang
terpuji. Semoga detak waktu yang terbaur dalam kehidupan ini senantiasa
mempererat kisah indah antara kami orang tuamu dan kamu anak kami tercinta,
Arfa Nathan El Zhar. Selamat ulang tahun nak doa kami senantiasa
menyertaimu....
3 komentar:
kereennnnn..... the best wonderful words, the best wonderful written that I ever read... dari seorang kakak yg kini telah menjadi ayahhhhh, betapa besarrrr cinta orang tua terhadap anakkk. dan semoga kelak aku akan mersakan nya juga, for my lovely cutes boy Arfa Nathan El-Zhar Happy Birthdayyy, Semoga tumbuh menjadi Anak yg penuh dengan kebahagiaan bagi setiap orang disekelilingmu, wishes the best for my little Nephew "Arfa" :)
infonya menarik dan sangat bermanfaat, sukses ya
suplemen pelangsing badan
infonya sangat menarikdan bermanfaat.
suplemen pelangsing badan
Posting Komentar