Semenjak Republik ini merdeka korupsi selalu menjadi trending topic yang
selalu hangat, bagaikan sepotong kue yang menggiurkan. Sudah tak terhitung
korban pejabat, partai, institusi yang tercemar karenanya namun bagaikan
memotong kuku korupsi selalu tumbuh dengan sosok yang berbeda bahkan seakan melakat
sebagai budaya nasional dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kasus terbaru
dimana partai berkuasa di negara ini paling banyak dirugikan karena banyaknya
oknum yang terseret dalam arus deras korupsi, sampai muncul pernyataan bahwa
tingkah laku korupsi mungkin dikarenakan banyak pihak yang tidak menyadari atau
kurang mengerti pengertian korupsi.
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) atau rasuah adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang
terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak. Saking populernya korupsi di Indonesia Guy J
Parker dalam tulisannya berjudul "Indonesia 1979: The Record of three
decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 : 123). Begitu pula J.W Schoorl
mengatakan bahwa " di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi
begitu merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai, gaji
sebulan hanya sekadar cukup untuk makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa
dalam situasi demikian memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak
diantaranya mereka mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan yang
diberikan". ( Sumber buku "Pemberantasan Korupsi karya Andi Hamzah,
2007).
Jika memahami pengertian di atas korupsi lebih pada tindak kesengajaan,
memanfaatkan jabatan demi kepentingan pribadi. Kata sengaja disini harus
digarisbawahi untuk mencounter pernyataan ‘ketidaktahuan’ pelaku akan korupsi
yang dilakukannya karena itulah yang sering kita dengar di media-media dengan
perilaku pelaku yang ‘meminta jatah’, ‘sengaja meloloskan tender dengan imbalan’,
‘proyek pesanan’ yang secara umum merupakan aktivitas yang dilandasi unsur
kesadaran dan kesengajaan. Jika menilik penelitian Guy J Parker mungkin kita
masih bisa memahami kondisi waktu (tahun 1960) ketika faktor utama korupsi
adalah gaji yang hanya cukup untuk 2 minggu, tetapi apakah sekarang para
pejabat mengalami kondisi yang sama???
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kita juga harus memahami situasi yang
memungkinkan pelaku korupsi tidak mengetahui perilaku korupsi karena semua
orang dalam suatu institusi melakukan hal itu sehingga dipahami sebagai hal
yang lumrah dan ‘legal’. Ada baiknya perlu dikaji kembali perlunya penerbitan
informasi yang menerangkan pengertian korupsi secara terperinci, mendetail dan
disertai contoh, atau sebagai kurikulum sekolah sehingga diharapkan semua
elemen atau orang perorang calon pejabat masa depan sudah mengetahui apa dan
bagaimana sesuatu hal bisa dinyatakan sebagai korupsi. Teknisnya dalam konteks
pendidikan mungkin perlu dirancang kurikulum mengenai korupsi layaknya
pelajaran wajib PPKN, Agama dan Bahasa bahkan kalau perlu dimasukkan ke dalam
rangkaian Ujian Nasional, dalam konteks Badan Usaha atau BUMN dan lembaga
sejenis semua elemen wajib mengikuti penataran dan pengajaran seluk beluk dan
semua yang terkait dengan Korupsi lengkap dengan ancaman pidana yang mengancam
pelakunya. Harapannya semua faham dan “sadar korupsi” dalam pengertian semua pejabat bebas 2K
(Korupsi, Kolusi).
Apakah hal itu bisa mencegah Korupsi??? Hanya Tuhan yang tahu, karena
penyebab utamanya bukan lagi sekedar untuk pemenuhan kebutuhan hidup seperti
terjadi di awal tahun 60-an tetapi lebih menyerupai mainstream yang terdoktrin
secara rapi sebagai kesatuan paket sebuah struktur jabatan.. Tetapi paling tidak kita tak akan menemukan lagi
prediksi bahwa korupsi terjadi karena ketidaktahuan atau ketidaksengajaan
pelaku sehingga muncul opsi bisa dimaklumi.
2 komentar:
infonya menarik dan bermanfaat.
suplemen pelangsing badan
postingnya sangat bagus dan sangat bermanfaat, sukses ya.
suplemen glucogen
Posting Komentar